Jumat, 28 Oktober 2011

Laporan Hasil Wawancara Manajemen Bisnis (Pengantar Manajemen) NEW


LAPORAN HASIL WAWANCARA DENGAN RUMAH MAKAN DEPOT SOTO LAMONGAN JAWA TIMUR

Kami (Geni, Luthfi dan Shinta) telah mewawancarai sebuah Rumah Makan DEPOT SOTO LAMONGAN milik Bapak Muhammad Zulianto, yang terletak di Pondok Ungu Permai, Bekasi. Bapak Zulianto sudah mendirikan Rumah Makan ini selama kurang lebih 30 tahun. Dan usaha beliau sudah berkembang ke berbagai wilayah dengan membuka cabang-cabang baru yang terletak di wilayah Cibubur, Pangandaran, dan Bandung, serta di wilayah Jakarta.

MOTTO
“ Jangan pernah takut dengan kegagalan, anggaplah kegagalan itu sebagai suatu keberhasilan yang tertunda dan kita harus memperbaikinya, agar kita dapat menggapai cita-cita (tujuan). “
            Visi dan Misi Bapak Zulianto dalam menjalankan usaha Rumah Makan Depot Soto Lamongannya adalah sebagai berikut:
VISI
1)      Sebagai usaha untuk mencari rezeki, dalam arti memberi nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
2)  Untuk mengembangkan potensi (kemampuan) memasak dalam keluarga dan juga melestarikan resep warisan keluarga.
3)      Menjadikan Rumah Makan yang memiliki cita rasa masakan yang tinggi dan dipercaya oleh masyarakat.
4)      Mengurangi jumlah pengangguran dengan membuka lapangan pekerjaan.
5)      Melestarikan dan memperkenalkan masakan tradisional.
MISI

1)  Selalu meningkatkan kualitas dalam pelayanan, baik dari segi kualitas masakannya, pelayanannya maupun fasilitasnya.
2)      Bersikap profesional dalam bekerja.
3)      Bermain sehat dan tidak saling menjatuhkan antar pedagang.
4)      Bertindak cepat dan berani ambil resiko.

Dalam mengelola dan menjalankan Rumah Makannya Bapak Zulianto menggunakan strategi sebagai berikut:
1.      Mencari dan memilih lokasi (tempat) yang strategis yang mudah dijangkau oleh konsumen
2.  Memilih pekerja (karyawan) yang memiliki kemampuan/skill dalam bidang memasak, dan juga cekatan (rajin).
3.      Penggunaan biaya yang standard namun menghasilkan masakan yang bercita rasa tinggi
4.  Menggunakan konsep Rumah Makan yang unik dengan menggunakan konsep Tradisional Jawa yang sudah jarang diangkat/ digunakan oleh rumah makan lainnya.
5.      Menjaga kualitas makanan dan cita rasa yang merupakan hasil dari resep turun temurun keluarga. 
6.      Menjalin kerjasama yang baik dengan beberapa orang (partner) untuk memberitahukan informasi tentang segala sesuatu tentang Rumah Makan DEPOT SOTO LAMONGAN milik Bapak Muhammad Zulianto.
7. Melakukan promosi pemasaran selain dari partner kerja juga mengggunakan promosi melalui penyampaian dari mulut, dalam arti membuat pelanggan merekomendasikan usaha masakannya ke teman atau relasinya.
8.  Memilih bahan makanan yang berkualitas dengan penggunaan dan pengolahan bahan masakan (makanan) yang baik.

Adapun prospek yang ingin dicapai oleh Bapak Zulianto dalam usaha rumah makannya ialah membangun rumah makan di lokasi yang tetap dan strategis,  melakukan promosi pemasaran dengan media pemasaran elektronik (internet) maupun media berupa spanduk, pamflet, dan lain sebagainya, ditambah dengan menggunakan konsep Rumah Makan tradisional Jawa yang kaya dengan unsur etnik dalam dekorasinya dan fasilitas lainnya.
Dari hasil wawancara kami dengan Bapak Zulianto, kami dapat menganalisa visi/ tujuan besar dengan misi/ upaya yang sudah Beliau lakukan. Menurut kami upaya Bapak Zulianto sudah tepat dan tercapai untuk mewujudkan prospek yang ingin ia capai, karena Beliau berusaha untuk memberikan kenyamanan bagi para tamunya baik dalam pelayanan maupun fasilitas, serta mengembangkan cita rasa masakannya dengan hasil yang baik dan memuaskan konsumen, sehingga mereka dapat menikmati hidangan dengan senang dan nyaman. Selain itu, Beliau juga memberikan nuansa Rumah Makan yang berbeda yaitu dengan menggunakan konsep tradisional Jawa dimana saat ini sudah terlalu banyak Rumah Makan yang menggunakan konsep modern atau bernuansa mewah.


Disusun oleh:
1.      Geni Enka Lestari                  (23211029)
2.      Luthfi Yuliana                        (24211180) 
3.   Shinta Amelia Dwiputri        (29211160)

Kelas 1EB25

Universitas Gunadarma

Laporan Hasil Wawancara Manajemen Bisnis (Pengantar Manajemen)

LAPORAN HASIL WAWANCARA DENGAN RUMAH MAKAN DEPOT SOTO LAMONGAN JAWA TIMUR

Kami (Geni, Luthfi dan Shinta) telah mewawancarai sebuah Rumah Makan DEPOT SOTO LAMONGAN milik Bapak Muhammad Zulianto, yang terletak di Pondok Ungu Permai, Bekasi. Bapak Zulianto sudah mendirikan Rumah Makan ini selama kurang lebih 30 tahun. Dan usaha beliau sudah berkembang ke berbagai wilayah dengan membuka cabang-cabang baru yang terletak di wilayah Cibubur, Pangandaran, dan Bandung, serta di wilayah Jakarta.

MOTTO
“ Jangan pernah takut dengan kegagalan, anggaplah kegagalan itu sebagai suatu keberhasilan yang tertunda dan kita harus memperbaikinya, agar kita dapat menggapai cita-cita (tujuan). “ 

            Visi dan Misi Bapak Zulianto dalam menjalankan usaha Rumah Makan Depot Soto Lamongannya adalah sebagai berikut:

VISI
1)      Sebagai usaha untuk mencari rezeki, dalam arti memberi nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
2)  Untuk mengembangkan potensi (kemampuan) memasak dalam keluarga dan juga melestarikan resep warisan keluarga.
3)      Menjadikan Rumah Makan yang memiliki cita rasa masakan yang tinggi dan dipercaya oleh masyarakat.
4)      Mengurangi jumlah pengangguran dengan membuka lapangan pekerjaan.
5)      Melestarikan dan memperkenalkan masakan tradisional.

MISI
1)     Selalu meningkatkan kualitas dalam pelayanan, baik dari segi kualitas masakannya, pelayanannya maupun fasilitasnya.
2)      Bersikap profesional dalam bekerja.
3)      Bermain sehat dan tidak saling menjatuhkan antar pedagang.
4)      Bertindak cepat dan berani ambil resiko.

Dalam mengelola dan menjalankan Rumah Makannya Bapak Zulianto menggunakan strategi sebagai berikut:
1.      Mencari dan memilih lokasi (tempat) yang strategis yang mudah dijangkau oleh konsumen
2.   Memilih pekerja (karyawan) yang memiliki kemampuan/skill dalam bidang memasak, dan juga cekatan (rajin).
3.      Penggunaan biaya yang standard namun menghasilkan masakan yang bercita rasa tinggi
4.   Menggunakan konsep Rumah Makan yang unik dengan menggunakan konsep Tradisional Jawa yang sudah jarang diangkat/ digunakan oleh rumah makan lainnya.
5.      Menjaga kualitas makanan dan cita rasa yang merupakan hasil dari resep turun temurun keluarga. 
6.      Menjalin kerjasama yang baik dengan beberapa orang (partner) untuk memberitahukan informasi tentang segala sesuatu tentang Rumah Makan DEPOT SOTO LAMONGAN milik Bapak Muhammad Zulianto.
7. Melakukan promosi pemasaran selain dari partner kerja juga mengggunakan promosi melalui penyampaian dari mulut, dalam arti membuat pelanggan merekomendasikan usaha masakannya ke teman atau relasinya.
8.     Memilih bahan makanan yang berkualitas dengan penggunaan dan pengolahan bahan masakan (makanan) yang baik.

Adapun prospek yang ingin dicapai oleh Bapak Zulianto dalam usaha rumah makannya ialah membangun rumah makan di lokasi yang tetap dan strategis,  melakukan promosi pemasaran dengan media pemasaran elektronik (internet) maupun media berupa spanduk, pamflet, dan lain sebagainya, ditambah dengan menggunakan konsep Rumah Makan tradisional Jawa yang kaya dengan unsur etnik dalam dekorasinya dan fasilitas lainnya.

Dari hasil wawancara kami dengan Bapak Zulianto, kami dapat menganalisa visi/ tujuan besar dengan misi/ upaya yang sudah Beliau lakukan. Menurut kami upaya Bapak Zulianto sudah tepat dan tercapai untuk mewujudkan prospek yang ingin ia capai, karena Beliau berusaha untuk memberikan kenyamanan bagi para tamunya baik dalam pelayanan maupun fasilitas, serta mengembangkan cita rasa masakannya dengan hasil yang baik dan memuaskan konsumen, sehingga mereka dapat menikmati hidangan dengan senang dan nyaman. Selain itu, Beliau juga memberikan nuansa Rumah Makan yang berbeda yaitu dengan menggunakan konsep tradisional Jawa dimana saat ini sudah terlalu banyak Rumah Makan yang menggunakan konsep modern atau bernuansa mewah.

Disusun oleh:
1.      Geni Enka Lestari                     (23211029)
2.      Luthfi Yuliana                            (24211180)
3.                 3.   Shinta Amelia Dwiputri        (29211160)

Kelas 1EB25

Universitas Gunadarma

Sabtu, 15 Oktober 2011

Jenis-jenis Badan Usaha dan Ceteris Paribus (new) part 3

III.    Ceteris Paribus
Ceteris paribus adalah istilah dalam bahasa Latin, yang secara harafiah dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan sebagai "dengan hal-hal lainnya tetap sama", dan dalam bahasa Inggris biasanya diterjemahkan sebagai "all other things being equal."
Dalam ilmu ekonomi, istilah ceteris paribus seringkali digunakan, yaitu sebagai suatu asumsi untuk menyederhanakan beragam formulasi dan deskripsi dari berbagai anggapan ekonomi.
Sebagai contoh, dapatlah dikatakan bahwa:
“Harga dari daging sapi akan meningkat apabila kuantitas daging sapi yang diminta oleh pembeli juga meningkat”. (Asumsi Ceteris Paribus)
Dalam contoh tersebut, penggunaan ceteris paribus adalah untuk menyatakan hubungan operasional antara harga dan kuantitas suatu barang (daging sapi). Ceteris paribus di sini berarti bahwa asumsi yang diambil ialah mengabaikan berbagai faktor yang diketahui dan yang tidak diketahui yang dapat memengaruhi hubungan antara harga (P) dan kuantitas permintaan. Faktor-faktor tersebut misalnya termasuk: harga barang substitusi (misalnya harga daging ayam atau daging kambing), tingkat penghindaran risiko para pembeli (misalnya ketakutan pada penyakit sapi gila), atau adanya tingkat permintaan keseluruhan terhadap suatu barang tanpa memperhatikan tingkat harganya (misalnya perpindahan masyarakat kepada vegetarianisme).
Dalam asumsi ceteris paribus juga menunjukkan suatu mekanisme pasar (Teori Penawaran) dan di tunjukkan oleh adanya Permintaan dan Penawaran pada suatu kurva dalam mekanisme pasar.

3.1       Mekanisme Pasar

§  Penawaran Pasar dan Kurva Penawaran Pasar adalah “keinginan dan kemampuan penjual menawarkan/ memproduksi sejumlah barang pada berbagai tingkat harga”.

§  Hukum Penawaran menggambarkan hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan terhadap perubahan harga adalah searah (ceteris paribus).

§  Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran yakni biaya produksi, tingkat persaingan, teknologi, ekspektasi pasar dan factor non ekonomi yang lain.

§  Penentuan Harga Pasar berdasarkan inetraksi permintaan pasar dan penawaran pasar akan menghasilkan harga (P) dan jumlah (Q) keseimbangan (ekuilibrium) pasar barang tersebut.

3.2       Permintaan

3.2.1   Definisi Permintaan

Permintaan merupakan banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu.

3.2.2   Faktor yang mempengaruhi Permintaan
1.      Harga barang
Harga barang yang dinilai oleh konsumen terlalu mahal, mengakibatkan jumlah permintaan berkurang.
2.      Kebutuhan terhadap barang
Kebutuhan yang sifatnya mendesak dapat mengakibatkan permintaan bertambah.
3.      Besarnya pendapatan
Pendapatan yang besar mengakibatkan permintaan bertambah.
4.      Kebijakan pajak
Tarif pajak terhadap barang-barang yang dirasa memberatkan mengakibatkan permintaan berkurang, sebaliknya pengenaan pajak yang ringan akan mendoong permintaan bertambah.
5.      Usia konsumen.
6.      Kebiasaan konsumen.
7.      Jumlah barang yang tersedia.
8.      Kegunaan barang.

3.2.3   Hukum Permintaan
Bunyi Hukum Permintaan adalah "Bila harga suatu barang naik, maka permintaan terhadap barang akan berkurang. dan apabila harga turun maka permintaan terhadap barang akan bertambah". Sedangkan Definisi Hukum Permintaan yakni Jumlah permintaan akan berbanding terbalik dengan harga barang yang diminta.
Hukum permintaan akan berlaku apabila terpenuhi syarat-syarat Cateri Paribus: Pendapatan konsumen tetap, kebutuhan konsumen tetap, tidak ada barang pengganti, perubahan harga dianggap tidak akn berkelanjutan, harga-harga lain tetap, barang yang dibeli bukan merupakan barang prestige, dan selera konsumen tetap.

1.3            Penawaran

3.3.1   Definisi penawaran
Penawaran merupakan sejumlah barang dan jasa yang ditawarkan pada suatu harga dan waktu tertentu.

3.3.2   Hukum Penawaran
Hukum penawaran menggambarkan hubungan antara jumlah penawaran (D) dan harga (P) yang berbanding lurus. Jika terjadi peningkatan harga maka jumlah penawaran juga akan meningkat

3.3.3   Faktor  mempengaruhi Tingkat Penawaran
      Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain biaya produksi dan biaya yang digunakan, ketersediaan harga dan barang pelengkap (pengganti), perkiraan harga di masa depan (prediksi), pajak, serta tujuan perusahaan.

*      Ceteris Paribus dalam Ekonomi
ü  Ketentuan
Salah satu ilmu dan aturan yakni asumsi ceteris paribus merupakan asumsi yang paling banyak digunakan di dalam bidang ekonomi, di mana mereka dipergunakan untuk menyederhanakan formulasi dan menggambarkan dari hasil ekonomi. Bila menggunakan ceteris paribus dalam ilmu ekonomi, mengasumsikan semua variabel lain kecuali mereka yang di bawah pertimbangan langsung diadakan konstan. Sebagai contoh, dapat diprediksi bahwa jika harga daging sapi meningkat-ceteris paribus-kuantitas daging sapi yang diminta oleh pembeli akan menurun. Dalam contoh ini, asumsi tersebut digunakan untuk operasional menjelaskan segala sesuatu seputar hubungan antara kedua harga dan kuantitas yang diminta akan lebih baik daripada yang biasanya. Deskripsi operasional sengaja mengabaikan faktor baik dikenal dan tidak diketahui yang mungkin juga mempengaruhi hubungan antara harga dan kuantitas yang diminta, dan dengan demikian untuk menganggap ceteris paribus adalah dengan mengasumsikan pergi interferensi dengan contoh yang diberikan. Faktor-faktor tersebut yang akan sengaja diabaikan meliputi: perubahan relatif harga barang substitusi, (misalnya, harga daging babi sapi atau domba vs), tingkat penghindaran risiko antara pembeli (misalnya, takut penyakit sapi gila), dan tingkat permintaan keseluruhan untuk yang baik terlepas dari tingkat harga saat ini (misalnya, pergeseran sosial menuju vegetarianisme). Asumsi ini sering diterjemahkan sebagai "memegang semua yang lain konstan."

ü  Karakterisasi yang diberikan oleh Alfred Marshall
Klausul ini digunakan untuk mempertimbangkan efek dari beberapa penyebab dalam isolasi, dengan asumsi bahwa pengaruh lainnya tidak hadir. Alfred Marshall mengungkapkan penggunaan asumsi/klausa sebagai berikut:
Unsur waktu merupakan penyebab utama dari kesulitan-kesulitan dalam penyelidikan ekonomi yang membuat perlu bagi manusia dengan kekuasaan terbatas untuk pergi langkah demi langkah, melanggar sebuah pertanyaan yang kompleks, belajar satu bit pada suatu waktu, dan akhirnya menggabungkan solusi parsial nya menjadi solusi yang lebih atau kurang lengkap dari seluruh teka-teki. Dalam melanggar itu, ia mensegregasikan mereka yang menyebabkan mengganggu, yang kebetulan menjadi pengembaraan nyaman, untuk waktu dalam satu pon yang disebut ceteris paribus. Penelitian dari beberapa kelompok kecenderungan ini diisolasi dengan asumsi hal-hal lain dianggap sama: adanya kecenderungan lain tidak ditolak, tetapi efek mengganggu mereka diabaikan untuk sementara waktu. Semakin masalah ini sehingga menyempit, yang lebih tepat itu dapat ditangani, tetapi juga kurang erat apakah itu sesuai dengan kehidupan nyata. Setiap penanganan yang tepat dan perusahaan dari masalah yang sempit, bagaimanapun, membantu mengobati masalah yang lebih luas menuju, di mana bahwa masalah terkandung sempit, lebih tepatnya daripada yang akan mungkin terjadi. Dengan hal setiap langkah yang lebih dapat dibiarkan keluar dari pon; diskusi yang tepat dapat dibuat kurang abstrak, diskusi realistis dapat dibuat lebih eksak daripada yang mungkin pada tahap awal. (Prinsip Ekonomi, Bk.V, Ch.V dalam ayat VV10).

ü  Dua Asumsi Marshall
Bagian atas oleh Marshall menyoroti dua cara di mana asumsi/klausa ceteris paribus dapat digunakan: satu adalah hipotetis, dalam arti bahwa beberapa faktor diasumsikan tetap dalam rangka untuk menganalisis pengaruh faktor lain dalam isolasi. Ini akan menjadi isolasi hipotetis. Sebuah contoh akan pemisahan hipotetis dari efek pendapatan dan efek substitusi dari perubahan harga, yang benar-benar pergi bersama-sama. Penggunaan lain dari klausa ceteris paribus adalah untuk melihatnya sebagai sarana untuk memperoleh solusi perkiraan. Di sini akan menghasilkan isolasi substantif.

ü  Dua aspek Isolasi Substantif
Ialah isolasi sementara dan isolasi asumsi (kausal). Isolasi sementara memerlukan faktor tetap di bawah asumsi ceteris paribus untuk benar-benar bergerak dengan sangat lambat relatif terhadap pengaruh lain yang mereka dapat diambil sebagai praktis konstan pada setiap titik waktu. Jadi, jika sayuran menyebar sangat lambat, mendorong penurunan lambat dalam permintaan untuk daging sapi, dan pasar untuk daging sapi relatif cepat membersihkan, kita dapat menentukan harga daging sapi pada setiap saat oleh perpotongan penawaran dan permintaan, dan permintaan perubahan untuk daging sapi akan account untuk perubahan harga dari waktu ke waktu (→ Metode Kesetimbangan Sementara).
Aspek lain dari isolasi substantif adalah isolasi kausal/asumsi: Faktor-faktor tetap di bawah klausa ceteris paribus tidak harus secara signifikan dipengaruhi oleh proses yang diteliti. Jika perubahan dalam kebijakan pemerintah mendorong perubahan perilaku konsumen pada skala waktu yang sama, asumsi bahwa perilaku konsumen tetap tidak berubah sementara perubahan kebijakan tidak dapat diterima sebagai isolasi substantif (→ Kritik Lucas).


¯ Sumber/ Daftar Pustaka
http://en.wikipedia.org/wiki/Sole_Proprietorship
http://en.wikipedia.org/wiki/Ceteris_paribus
http://bagus.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/9989/Slide_BAB_I.ppt
http://ahim.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/7245/Slide-Bab+I.ppt


¯ Referensi
Ekonomi Kelas XII, Dra. Hj. Sukiwaty, Drs. H. Sudirman Jamal dan Drs. Slamet Sukanto
STIE Dasar-dasar Akuntansi jilid 1, Al Haryono Jusup hal.13-14
Catatan Pengantar Akutansi 1 Saya (Shinta Amelia Dwiputri) pada pertemuan ke-2 Semester 1 kelas 1EB25

Nama:  Shinta Amelia Dwiputri
NPM:  29211160
Kelas:  1 EB 25
Tugas Softskill Pengantar Bisnis
UNIVERSITAS GUNADARMA