Kamis, 14 Juni 2012

Pengangguran


1.1  Pengertian Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolah, SMP, SMA, Mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan. Definisi pengangguran menurut para ahli :ü  Ida Bagoes Mantra, pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. Konsep ini sering diartikan sebagai keadaan pengangguran terbuka. ü  Dumairy, pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan lengkap. Lengkapnya orang yang tidak bekerja dan masih atau sedang mencari pekerjaan.

1.2  Bentuk Pengangguran
Pengangguran dibagi menjadi beberapa bentuk, diantaranya :
a.      Pengangguran Terbuka.
Yaitu pengangguran baik sukarela (mereka yang tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik) maupun secara terpaksa (meraka yang mau bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan).
b.      Setengah menganggur.
Yaitu mereka yang bekerja lamanya (hari, minggu, musiman) kurang dari yang mereka biasa kerjakan. Yang dikatakan setengah menganggur adalah apabila pelaku ekonomi bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja yang mempunyai masa kerja seperti ini digolongkan sebagai setengah menganggur karena ada kalanya mereka bekerja dan ada kalanya mereka menganggur.
c.       Tampaknya bekerja tetapi tidak bekerja secara penuh.
Yaitu mereka yang tidak digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah pengangguran.
d.      Tenaga kerja yang lemah.
Yaitu mereka yang mungkin bekerja full time, tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan.
e.       Tenaga kerja yang produktif.
Yaitu mereka yang mampu bekerja secara produktif tetapi karena sumber daya penolong kurang memadai maka mereka tidak bisa menghasilkan sesuatu dengan baik.
f.       Pengangguran Tersembunyi
Pengangguran tersembunyi wujud di sektor pertanian atau jasa.  Yang dikatakan pengangguran tersembunyi adalah kelebihan tenaga kerja yang tersedia dibandingkan dengan permintaan akan tenaga kerja tersebut. Contohnya ialah pelayan restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan dan keluarga petani dengan anggota keluarga yang besar dan mengerjakan luas tanah yang kecil.
g.       Pengangguran Bermusim
Pengangguran ini biasanya terdapat di sektor pertanian dan perikanan. Pada umumnya musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa menganggur. Sebaliknya pada musim kemarau, petani tidak dapat mengerjakan tanahnya. Disamping itu umumnya para petani tidak begitu aktif diantara waktu sesudah menanam dan menuai. Pengangguran seperti ini yang disebut dengan pengangguran bermusim.

1.3  Jenis Pengangguran

1.3.1  Berdasarkan sebabnya :
a)  Pengangguran Normal atau Friksional
Pengangguran normal atau Friksional pengangguran sebanya dua atau tiga persen dari tenaga kerja. Para penganggur ini tidak ada pekerjaan bukan karena tidak dapat memperoleh pekerjaan, tetapi karena sedang mencari pekerjaan lain yang lebih baik.
b) Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran adalah pengangguran yang disebabkan yang tidak selalu berkembang dengan teguh dimana ada kalanya pengeluaran agregat tinggi yang menyebabkan inflasi dan ada kalanya pengeluaran agregat rendah yang menyebabkan perusahaan – perusahaan menderita kerugian akibat barang dan jasa yang mereka hasilkan lebih banyak dibandingkan permintaan. Kemudian biasanya untuk menutupi kemunduran ini, perusahaan mengurangi tenaga kerja.
c)  Pengangguran Struktural
Pengangguran adalah pengangguran yang disebabkan karena perubahan struktur kegiatan ekonomi. Hal ini disebabkan karena tidak semua industri dan perusahaan dalam perekonomian akan terus berkembang maju, sebagiannya akan mengalami kemunduran. Kemunduran ini disebabkan karena banyak faktor, salah satunya akibat biaya pengeluaran yang sangat tinggi dan tidak mampu bersaing. Maka dari itu untuk menghadapi itu semua, dilakukan perubahan struktur dimana ada sebagian tenaga kerja yang tidak dibutuhkan akibat perubahan ini.
d)  Pengangguran Teknologi
Pengangguran dapat pula ditimbulkan akibat penggantian tenaga manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia, alias adanya perpindahan pengalihan menggunakan teknologi dari biasanya menggunakan tenaga manusia. Hal ini disebabkan karena penggunaan tekonolgi dapat menguntungkan perusahaan karena terkesan lebih produktif dan biaya yang dikeluarkannya hanya satu kali untuk jangka waktu yang panjang. Lalu pengangguran seperti disebut sebagai pengangguran akibat teknologi.
e)  Pengangguran Musiman
Yakni pada keadaan dimana adanya fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seorang harus menganggur.

1.4   Penyebab – Penyebab Pengangguran
Faktor utama yang menimbulkan pengangguran adalah kekurangan pengeluaran agregat.  Para pengusaha memproduksi barang dan jasa dengan maksud untuk mencari keuntungan. Keuntungan tersebut hanya akan dapat diperoleh apabila para pengusaha dapat menjual barang dan jasa yang mereka produksikan. Semakin besar permintaan, maka akan semakin banyak barang dan jasa yang akan mereka produksikan. Kenaikan produksi yang mereka lakukan akan menambah kenaikan tanaga kerja. Dengan demikian terdapat hubungan yang erat antara pendapatan nasional dan tingkat penggunaan tenaga kerja ; semakin tinggi pendapatan nasional, maka akan semakin banyak tenaga kerja yang diperlukan dalam perekonomian.
Ini berarti apabila pendapatan nasional rendah, artinya pengeluaran agragat menjadi rendah, maka proses memproduksi barang akan menurun, dan hasilnya para pengusaha akan mengurangi tingkat penggunaan tenaga kerja. Dengan kata lain, terjadi pengangguran akibat pengurangan penggunaan tenaga kerja. Jadi kekurangan permintaan agregat ini atau kekurangan pengeluaran agregat, adalah faktor utama yang menimbulkan pengangguran. Disamping, ada faktor – faktor lain yang menimbulkan pengangguran, yakni ;
1.    Menganggur karena ingin mencari kerja lain yang lebih baik
2.    Pengusaha menggunakan teknologi sehingga mengurangi penggunaan tenaga kerja
3.    Ketidaksesuaian keterampilan pekerja yang sebenarnya dengan keterampilan yang diperlukan dalam industri – industri.

1.5    Cara Mengatasi Pengangguran
Sama halnya dengan inflasi, penggunaan ketiga bentuk kebijakan pemerintah perlu dilakukan untuk meningkatkan keefektifannya. Bentuk masing – masing kebijakan tersebut untuk mengatasi inflasi dan pengangguran. Berikut kebijakan  pemerintah untuk mengatasi masalah  pengangguran :
a)      Kebijakan Fiskal
Mengurangi pajak dan menambah pengeluaran pemerintah. Sesuai dengan konsepnya, pengangguran disebabkan karena kekurangan pengeluaran agregat. kekurangan pengeluaran agregat ini terjadi akibat pendapatan pelaku ekonomi menjadi menurun. Penurunan  pendapatan ini membuat pelaku ekonomi menjadi mengurangi konsumsi akan barang dan jasa. Kurangnya konsumsi akan barang dan jasa ini yang disebut dengan kurangnya pengeluaran agregat. Maka dari itu, pemerintah membuat suatu kebijakan fiskal untuk mengurangi pajak. Dengan cara mengurangi pajak ini berarti mengurangi beban tetap setiap pelaku ekonomi. Kemudian, dengan berkurangnya beban ini, hasilnya pelaku ekonomi masih memiliki anggaran untuk mengkonsumsi barang dan jasa atau bisa dikatakan bahwa pengeluaran agregat akan stabil sperti sedia kala.
Selanjutnya kebijakan fiskal pemerintah yang kedua yakni menambah pengeluaran pemerintah. Dengan ditambahnya pengeluaran pemerintah ini dapat melancarkan distribusi uang dan hasilnya akan meningkatkan pendapatan pelaku ekonomi. Bertambahnya pendapatan, maka akan bertambahnya pengeluaran agregat.
b)      Kebijakan Moneter
Kebijakan untuk menambah penawaran uang, mengurangi/ menurunkan suku bunga, dan menyediakan kredit khusus untuk disetor atau kegitan tertentu. Kemudian langkah pemerintah selanjutnya yaitu dengan melakukan kebijakan moneter. Kebijakan moneter pemerintah yang pertama adalah menambah penawaran uang. Penambahan penawaran uang ini akan menstimulus kenaikan pendapatan masyarakat karena jumlah uang yang beredar semakin banyak. Setelah itu, kebijakan moneter pemerintah yang kedua berupa mengurangi/ menurunkan suku bunga. Mengurangi/ menurunkan suku bunga dijadikan langkah pemerintah dikarenakan dengan penurunan suku bunga pelaku ekonomi cenderung tidak ingin menabungkan atau menyimpan uang yang mereka miliki. Sehingga dengan kecenderungan ini, pelaku ekonomi lebih memilih untuk mendistribusikan uangnya yang akan melancarkan kegiatan perekonomian, sehingga pengangguran akan teratasi.
Selanjutnya langkah ketiga dalam kebijakan moneter pemerintah, yakni menyediakan kredit khusus untuk disetor atau kegitan tertentu. Dengan menyediakan kredit khusus untuk disetor atau kegitan tertentu, pelaku ekonomi yang sebelumnya memiliki penurunan pendapatan akan lebih menghemat uang yang mereka miliki dalam kegiatan ekonomi, akibat diadakannya pemberian kredit.
c)      Kebijakan Segi Penawaran
Kebijakan pemerintah segi penawaran akan mendorong lebih banyak investasi, mengembangkan infrastruktur, meningkatkan efisiensi adminitrasi pemerintahan, memberi subsidi, dan mengurangkan pajak perusahaan dan individu.


DAFTAR REFERENSI:

Raharja, Prathama., dan Manurung, M. (2008). "Pengantar Ilmu Ekonomi Edisi Ketiga". Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
www.dostoc.com

INFLASI DAN PENGANGGURAN


1.1    Pengertian Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga barang jasa secara umum dan terus-menerus. Ini tidak bearti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan harga umum batang secara terus–menerus selama satu periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi.
1.1.1 Indeks Harga
Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mngukur inflasi antara lain :
1.    Indeks biaya hidup (Consumer Price Index)
Indeks biaya hidup mengukur biaya atau pengeluran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan hidup.
2.    Indeks harga perdagangan besar (Wholesale Pirce Index)
Indeks perdangangan besar meniti beratkan pada sejumlah barang pada tingkat pedangangan besar.
3.    GNP Deflator
GNP Deflator adalah jenis indeks yang lain. Berbeda dengan dua indeks di atas, dalam cakupan barangnya. GNP deflator mencakup jumlah barang dan jasa yang mencangkup dalam perhitungan GNP, jadi lebih banyak jumlahnya bila dibanding dengan dua indeks di atas GNP deflator diperoleh dengn membagi GNP nominal (diatas harga Berlaku) dengan GNP rill (atas dasar harga konstans).


1.2    Jenis-Jenis Inflasi
A.   Jenis Inflasi Menurut Sifatnya
Laju Inflasi dapat berbeda antara satu negara dengan negara lain atau dalam satu negara dalam waktu yang berbeda. Atas dasar besarnya laju inflasi maka dapta dibagi ke dalam tiga kategori yaitu
1.    Merayap (Creeping Inflation)
Ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun). Kenaikan harga berjalan secara lambat, dengan persentase yang kecit serta dalam jangka yang relatif lama.
2.    Inflasi Menengah (Galloping Inflation)
Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselarasi (harga dalam waktu mingguan atau bulanan) efeknya terhadap perekonomian lebih besar dari pada inflasi yang merayap (creeping inflation)
3.      Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)
Merupakan inflasi yang paling parah akibatnya harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang sebab nilai uang merosot dengan tajam seingga ingin ditukarkan dengan uang sehingga perputaran uang semakin cepat dan harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apa bila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja yang dibelanjakan dan ditutupi dengan mencetak uang.

B.   Jenis Inflasi Menurut Sebabnya
1. Demand-pull inflation
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan pemintaan total (agregate demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Dalam keadaan hampir kesempatan kerja penuh, kenaikan permintaan total disamping kenaikan harga dapt juga menaikkan hasil produksi (output).
2. Cost-push inflation
Berbeda dengan demand-pull inflation, cost-push inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total (aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini dapat timbul karena beberapa factor diantaranya :
·         perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntu kenaikan upah
·         Suatu industri yang sifatnya monopolistis, manajer dapat menggunakan kekuasaannya di pasar untuk menentukan harga (yang lebih tinggi).
·         Kenaikan harga bahan baku industri.

C.  Jenis Inflasi Berdasarkan Sumber atau Penyebab
·       Inflasi Tarikan Permintaan, yakni kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh pertambahan pengeluaran yang besar yang tidak dapat dipenuhi oleh kemampuan memproduksi yang tersedia.
·       Inflasi Desakan Biaya, yakni kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan dalam biaya produksi sebagai akibat kenaikan harga bahan mentah atau kenaikan upah.
·       Inflasi Di Impor, yakni kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan harga barang impor yang digunakan sebagai bahan mentah produksi dalam negeri.

1.3  Efek Yang Ditimbulkan Dari Inflasi
1.Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh endapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp. 500.000,00 per tahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp. 50.000,00.
2. Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan alokasi factor produksi menjadi tidak efisien.
3. Efek terhadap Output (Output Effects)
Dalam menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effects) digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.
4. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap seperti tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan investasi yang bersifat seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan wujud.
5. Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat
Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga akan menimbulkan efek-efek yang berikut kepada individu kepada masyarakat :
a) Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.
b) Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
c) Memperburuk pembagian kekayaan.


1.4  Cara Mencegah Inflasi
Dengan menggunakan Irving Fisher MV = PT, dapat dijelaskan bahwa inflasi timbul karena MV naik lebih cepat daripada T. Oleh karena itu maka untuk mencegah terjadinya inflasi maka salah satu variabel (M atau V) harus dikendalikan. Cara mengatur variabel M,V dan T tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kebijaksanaan moneter, fiskal atau kebijaksanaan yang menyangkut kenaikan produksi.
1. Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar (M). Salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand deposito). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara pertama apabila seseorag memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk giro kemudian yang kedua apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima kas tetapi dalam bentuk giro. Instrumen lain yang dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah politik pasart terbuka (jual/beli surat berharga). Dengan cara menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju inflasi dapat lebih rendah.
2. Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
3. Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang didalam negeri cenderung menurunkan harga.
4. Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga,serta medasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji atau upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik maka gaji atau upah juga dinaikan.


2.1  Pengertian Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolah, SMP, SMA, Mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan. Definisi pengangguran menurut para ahli :ü  Ida Bagoes Mantra, pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. Konsep ini sering diartikan sebagai keadaan pengangguran terbuka. ü  Dumairy, pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan lengkap. Lengkapnya orang yang tidak bekerja dan masih atau sedang mencari pekerjaan.

2.2  Bentuk Pengangguran
Pengangguran dibagi menjadi beberapa bentuk, diantaranya :
a.      Pengangguran Terbuka.
Yaitu pengangguran baik sukarela (mereka yang tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik) maupun secara terpaksa (meraka yang mau bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan).
b.      Setengah menganggur.
Yaitu mereka yang bekerja lamanya (hari, minggu, musiman) kurang dari yang mereka biasa kerjakan. Yang dikatakan setengah menganggur adalah apabila pelaku ekonomi bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja yang mempunyai masa kerja seperti ini digolongkan sebagai setengah menganggur karena ada kalanya mereka bekerja dan ada kalanya mereka menganggur.
c.       Tampaknya bekerja tetapi tidak bekerja secara penuh.
Yaitu mereka yang tidak digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah pengangguran.
d.      Tenaga kerja yang lemah.
Yaitu mereka yang mungkin bekerja full time, tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan.
e.       Tenaga kerja yang produktif.
Yaitu mereka yang mampu bekerja secara produktif tetapi karena sumber daya penolong kurang memadai maka mereka tidak bisa menghasilkan sesuatu dengan baik.
f.       Pengangguran Tersembunyi
Pengangguran tersembunyi wujud di sektor pertanian atau jasa.  Yang dikatakan pengangguran tersembunyi adalah kelebihan tenaga kerja yang tersedia dibandingkan dengan permintaan akan tenaga kerja tersebut. Contohnya ialah pelayan restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan dan keluarga petani dengan anggota keluarga yang besar dan mengerjakan luas tanah yang kecil.
g.       Pengangguran Bermusim
Pengangguran ini biasanya terdapat di sektor pertanian dan perikanan. Pada umumnya musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa menganggur. Sebaliknya pada musim kemarau, petani tidak dapat mengerjakan tanahnya. Disamping itu umumnya para petani tidak begitu aktif diantara waktu sesudah menanam dan menuai. Pengangguran seperti ini yang disebut dengan pengangguran bermusim.

2.3  Jenis Pengangguran

2.3.1  Berdasarkan sebabnya :
a)  Pengangguran Normal atau Friksional
Pengangguran normal atau Friksional pengangguran sebanya dua atau tiga persen dari tenaga kerja. Para penganggur ini tidak ada pekerjaan bukan karena tidak dapat memperoleh pekerjaan, tetapi karena sedang mencari pekerjaan lain yang lebih baik.
b) Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran adalah pengangguran yang disebabkan yang tidak selalu berkembang dengan teguh dimana ada kalanya pengeluaran agregat tinggi yang menyebabkan inflasi dan ada kalanya pengeluaran agregat rendah yang menyebabkan perusahaan – perusahaan menderita kerugian akibat barang dan jasa yang mereka hasilkan lebih banyak dibandingkan permintaan. Kemudian biasanya untuk menutupi kemunduran ini, perusahaan mengurangi tenaga kerja.
c)  Pengangguran Struktural
Pengangguran adalah pengangguran yang disebabkan karena perubahan struktur kegiatan ekonomi. Hal ini disebabkan karena tidak semua industri dan perusahaan dalam perekonomian akan terus berkembang maju, sebagiannya akan mengalami kemunduran. Kemunduran ini disebabkan karena banyak faktor, salah satunya akibat biaya pengeluaran yang sangat tinggi dan tidak mampu bersaing. Maka dari itu untuk menghadapi itu semua, dilakukan perubahan struktur dimana ada sebagian tenaga kerja yang tidak dibutuhkan akibat perubahan ini.
d)  Pengangguran Teknologi
Pengangguran dapat pula ditimbulkan akibat penggantian tenaga manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia, alias adanya perpindahan pengalihan menggunakan teknologi dari biasanya menggunakan tenaga manusia. Hal ini disebabkan karena penggunaan tekonolgi dapat menguntungkan perusahaan karena terkesan lebih produktif dan biaya yang dikeluarkannya hanya satu kali untuk jangka waktu yang panjang. Lalu pengangguran seperti disebut sebagai pengangguran akibat teknologi.
e)  Pengangguran Musiman
Yakni pada keadaan dimana adanya fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seorang harus menganggur.

2.4   Penyebab – Penyebab Pengangguran
Faktor utama yang menimbulkan pengangguran adalah kekurangan pengeluaran agregat.  Para pengusaha memproduksi barang dan jasa dengan maksud untuk mencari keuntungan. Keuntungan tersebut hanya akan dapat diperoleh apabila para pengusaha dapat menjual barang dan jasa yang mereka produksikan. Semakin besar permintaan, maka akan semakin banyak barang dan jasa yang akan mereka produksikan. Kenaikan produksi yang mereka lakukan akan menambah kenaikan tanaga kerja. Dengan demikian terdapat hubungan yang erat antara pendapatan nasional dan tingkat penggunaan tenaga kerja ; semakin tinggi pendapatan nasional, maka akan semakin banyak tenaga kerja yang diperlukan dalam perekonomian.
Ini berarti apabila pendapatan nasional rendah, artinya pengeluaran agragat menjadi rendah, maka proses memproduksi barang akan menurun, dan hasilnya para pengusaha akan mengurangi tingkat penggunaan tenaga kerja. Dengan kata lain, terjadi pengangguran akibat pengurangan penggunaan tenaga kerja. Jadi kekurangan permintaan agregat ini atau kekurangan pengeluaran agregat, adalah faktor utama yang menimbulkan pengangguran. Disamping, ada faktor – faktor lain yang menimbulkan pengangguran, yakni ;
1.    Menganggur karena ingin mencari kerja lain yang lebih baik
2.    Pengusaha menggunakan teknologi sehingga mengurangi penggunaan tenaga kerja
3. Ketidaksesuaian keterampilan pekerja yang sebenarnya dengan keterampilan yang diperlukan dalam industri – industri.

2.5    Cara Mengatasi Pengangguran
Sama halnya dengan inflasi, penggunaan ketiga bentuk kebijakan pemerintah perlu dilakukan untuk meningkatkan keefektifannya. Bentuk masing – masing kebijakan tersebut untuk mengatasi inflasi dan pengangguran. Berikut kebijakan  pemerintah untuk mengatasi masalah  pengangguran :
a)      Kebijakan Fiskal
Mengurangi pajak dan menambah pengeluaran pemerintah. Sesuai dengan konsepnya, pengangguran disebabkan karena kekurangan pengeluaran agregat. kekurangan pengeluaran agregat ini terjadi akibat pendapatan pelaku ekonomi menjadi menurun. Penurunan  pendapatan ini membuat pelaku ekonomi menjadi mengurangi konsumsi akan barang dan jasa. Kurangnya konsumsi akan barang dan jasa ini yang disebut dengan kurangnya pengeluaran agregat. Maka dari itu, pemerintah membuat suatu kebijakan fiskal untuk mengurangi pajak. Dengan cara mengurangi pajak ini berarti mengurangi beban tetap setiap pelaku ekonomi. Kemudian, dengan berkurangnya beban ini, hasilnya pelaku ekonomi masih memiliki anggaran untuk mengkonsumsi barang dan jasa atau bisa dikatakan bahwa pengeluaran agregat akan stabil sperti sedia kala.
Selanjutnya kebijakan fiskal pemerintah yang kedua yakni menambah pengeluaran pemerintah. Dengan ditambahnya pengeluaran pemerintah ini dapat melancarkan distribusi uang dan hasilnya akan meningkatkan pendapatan pelaku ekonomi. Bertambahnya pendapatan, maka akan bertambahnya pengeluaran agregat.
b)      Kebijakan Moneter
Kebijakan untuk menambah penawaran uang, mengurangi/ menurunkan suku bunga, dan menyediakan kredit khusus untuk disetor atau kegitan tertentu. Kemudian langkah pemerintah selanjutnya yaitu dengan melakukan kebijakan moneter. Kebijakan moneter pemerintah yang pertama adalah menambah penawaran uang. Penambahan penawaran uang ini akan menstimulus kenaikan pendapatan masyarakat karena jumlah uang yang beredar semakin banyak. Setelah itu, kebijakan moneter pemerintah yang kedua berupa mengurangi/ menurunkan suku bunga. Mengurangi/ menurunkan suku bunga dijadikan langkah pemerintah dikarenakan dengan penurunan suku bunga pelaku ekonomi cenderung tidak ingin menabungkan atau menyimpan uang yang mereka miliki. Sehingga dengan kecenderungan ini, pelaku ekonomi lebih memilih untuk mendistribusikan uangnya yang akan melancarkan kegiatan perekonomian, sehingga pengangguran akan teratasi.
Selanjutnya langkah ketiga dalam kebijakan moneter pemerintah, yakni menyediakan kredit khusus untuk disetor atau kegitan tertentu. Dengan menyediakan kredit khusus untuk disetor atau kegitan tertentu, pelaku ekonomi yang sebelumnya memiliki penurunan pendapatan akan lebih menghemat uang yang mereka miliki dalam kegiatan ekonomi, akibat diadakannya pemberian kredit.
c)      Kebijakan Segi Penawaran
Kebijakan pemerintah segi penawaran akan mendorong lebih banyak investasi, mengembangkan infrastruktur, meningkatkan efisiensi adminitrasi pemerintahan, memberi subsidi, dan mengurangkan pajak perusahaan dan individu.



DAFTAR REFERENSI:
Raharja, Prathama., dan Manurung, M. (2008). "Pengantar Ilmu Ekonomi Edisi Ketiga". Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
www.dostoc.com