Selasa, 12 November 2013

Kinerja dan Polemik yang Dihadapi APEC Terhadap Kondisi Perekonomian Global

Nama     : Shinta Amelia Dwiputri
NPM      : 29211160
Kelas      : 3EB18
Tugas Softskill Bahasa Indonesia 2
Tahun Ajaran 2013/2014


Kinerja dan Polemik yang Dihadapi APEC Terhadap
Kondisi Perekonomian Global

·     Paragraf Induktif

Pada tahun 1989 di kawasan Asia muncullah kesadaran dari berbagai perwakilan beberapa negara di kawasan Asia untuk membentuk suatu forum kerja sama perekonomian yang dinamakan Asia Pacific Economy Coorporation atau yang disingkat dengan APEC. Forum kerja sama ini didirikan pertama kali di Canberra, Australia dengan anggota awal sebanyak 12 negara. Adapun tujuan dari pendirian forum ini ialah untuk meningkatkan perdagangan bebas di kawasan Asia khususya di Asia Pasifik. Pada dekade pertama setelah pendiriannya, perekonomian negara-negara anggota menyumbang 70% pertumbuhan ekonomi global. APEC memberikan manfaat bagi warga negara anggota dengan menciptakan lebih banyak kesempatan dan meningkatkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam perdangangan di dalam pasar Internasional.

Terdapat tiga bidang utama yang menjadi fokus kegiatan APEC yakni liberalisasi perdagangan dan investasi, di bidang ini APEC melakukan usaha untuk mengurangi tarif dan menghapuskan hambatan lain untuk mewujudkan perdagangan bebas. Kemudian bidang yang selanjutnya adalah berfokus pada fasilitas bisnis yang bertujuan memfasilitasi interaksi bisnis antara negara-negara anggota dengan mengurangi biaya bisnis, menyediakan berbagai informasi perdagangan, dan meningkatkan hubungan importir dan eksportir. Kemudian yang terakhir ialah berfocus pada kerja sama ekonomi dan teknik yang sering disebut dengan ECOTECH, program ini mencangkup pada memberikan kesempatan bagi negara-negara anggota untuk meningkatkan pelatihan dan pendidikan dalam perdagangan internasional. Disamping hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya, di dalam kegiatannya APEC juga membahas isu-isu utama yang sedang terjadi di dunia sehingga dapat menambah pengetahuan dan informasi terkini tentang perdagangan dan informasi lainnya.

Perkembangan kegiatan APEC dari tahun ke tahun menunjukkan berbagai progres dan terbukti dapat membantu perkembangan perekonomian dan perdagangan di kawasan Asia Pasifik, dan sampai saat ini anggota APEC pun semakin bertambah menjadi 21 anggota, yakni terdiri dari Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Chili, Cina, Hongkong, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Papua Nugini, Peru, Fhilipina, Rusia, Singapura, Cina Taipei, Thailand, Amerika Serikat dan Vietnam.

 Namun di dalam perkembangan kegiatannya, APEC masih menghadapi sejumlah tantangan menuju liberalisasi perdagangan dan investasi antar kawan Asia Pasifik. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun menanggapi keadaan ini, ia berkata “Meskipun APEC telah mengurangi sejumlah tarifnya dari 16,9% pada 1989 menjadi 5,7% pada tahun 2011, namun masih terjadi banyak kendala dalam menciptakan perdagangan bebas antar negara di kawasan. Salah satu hambatan lainnya ialah mengenai Non-Tarif Measures (NTMs) restriktif, prosedur bea cukai yang panjang, dan infrastrktur transportasi yang buruk masih menjadi tantangan dalam melakukan perdagangan. Dia lanjut mengatakan, meski APEC telah mencapai banyak kemajuan dalam upayanya mencapai `Bogor Goal`, hal tersebut belum cukup untuk menghapus seluruh hambatan yang ada. Presiden SBY pun mengimbau negara-negara APEC untuk bekerja sama dengan lebih keras mengatasi hambatan ekonomi yang terus menghadang, maka dari itu untuk mengatasi keadaan tersebut negara-negara anggota APEC harus dapat berintegrasi lebih jauh, melakukan pengelolaan modal, dan lebih berfokus pada pertumbuhan ekonomi jangka panjang dibandingkan berfokus pada perbaikan pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek yang hanya memberikan dampak pertumbuhan yang bersifat sementara”. Diharapkan APEC akan memiliki kapasitas yang lebih besar dalam mengatasi tantangan perdagangan yang bermunculan. Sehingga APEC mampu dengan cepat mengatasi hambatan yang muncul, mengatasi ketidakstabilan finansial, dan harga-harga komoditas yang naik dan turun dengan cepat. (Dilansir dari Liputan6.com, Jakarta).


DAFTAR REFERENSI:


Butarbutar, Benny S dan Marboen, Ade P. (2013). Selayang Pandang Sejarah APEC. Retrieved from http://www.antaranews.com/berita/398638/selayang-pandang-sejarah-apec diunduh pada tanggal 8 November 2013.

Deli, Siska Amelie F. (2013). Ekonomi RI Masih Perkasa di antara Anggota APEC. Retrieved from http://apec.liputan6.com/read/709949/ekonomi-ri-masih-perkasa-di-antara-anggota-apec diunduh pada tanggal 8 November 2013.

Deli, Siska Amelie F. (2013). Perdagangan Bebas APEC Masih Dibayangi Banyak Batu Sandungan. Retrieved from http://apec.liputan6.com/read/718118/perdagangan-bebas-apec-masih-dibayangi-banyak-batu-sandungan diunduh pada tanggal 8 November 2013.

Web wikipedia.org. (2013). Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik. Retrieved from http://id.wikipedia.org/wiki/Kerja_Sama_Ekonomi_Asia_Pasifik diunduh pada tanggal 8 November 2013.

Web amazine.co. (2013). Apa Itu APEC? Fakta, Sejarah & Informasi Lainnya. Retrieved from http://www.amazine.co/24522/apa-itu-apec-fakta-sejarah-informasi-lainnya/ diunduh pada tanggal 8 November 2013.

Akibat Krisis Ekonomi Dunia Terhadap Perekonomian Indonesia


Nama     : Shinta Amelia Dwiputri
NPM      : 29211160
Kelas      : 3EB18
Tugas Softskill Bahasa Indonesia 2 
#Tahun Ajaran 2013/2014

Akibat Krisis Ekonomi Dunia Terhadap
Perekonomian Indonesia


  • POLA PENULISAN DEDUKTIF

Melambatnya perekonomian dunia berdampak kepada perekonomian di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia. Keadaan ini membuat nilai tukar mata uang Indonesia (Rupiah) terhadap dollar Amerika Serikat semakin merosot hingga menyentuh Rp 11.000,00 per USD. Hal ini kemudian mengakibatkan harga-harga komoditas ekspor anjlok sehingga penerimaan ekspor pun turun. Selain menurunnya ekspor, adanya perubahan kebijakan moneter di negara adikuasa Amerika Serikat juga ikut mempengaruhi kondisi ekonomi Indonesia. Amerika Serikat memperketat likuiditas global atau memperketat pembiayaan. 

Wakil Presiden Boediono menyebutkan keadaan ekonomi saat ini belum bisa dikatakan krisis. Hanya saja, ia menghimbau pemerintah pusat dan daerah untuk meningkatkan pendapatan di sektor pajak, investasi, dan melalukan pengurangan impor. Boediono juga menghimbau agar penggunaan anggaran pemerintah dilakukan secara efektif dan efisien. Pemerintah hendaknya dapat meningkatkan penyerapan anggaran dengan mempermudah investor untuk berinvestasi dengan mencabut aturan yang menghambat kemudahan investasi. (Maharani, Shinta. 2013) 

Selain itu, untuk mengatasi masalah ekonomi tersebut pemerintah melalui presiden dan kementerian terkait mengeluarkan paket kebijakan penyelamatan ekonomi, termasuk didalamnya kebijakan moneter dari Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter. Nama paket kebijakan tersebut, yakni “Paket Penyelamatan Ekonomi” dengan tujuan mencegah Rupiah agar tidak terperosok lagi, mengatasi penurunan bursa saham (IHSG), dan mengupayakan menjaga daya beli masyarakat. Paket kebijakan yang dikeluarkan terdiri dari paket penyelamatan neraca perdagangan, paket menjaga pertumbuhan ekonomi, menjaga daya beli masyarakat, dan paket percepatan investasi. Paket penyelamatan neraca perdagangan dilakukan dengan mengenakan bea masuk, menaikkan pajak penjualan bawang mewah (PPnBM), dan penurunan impor migas. Paket menjaga pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan insentif sektor industri agar tidak terjadi PHK. Paket guna menjaga daya beli masyarakat dilakukan oleh Pemerintah yang berkerja sama dengan Bank Indonesia. Sedangkan, paket percepatan investasi dilakukan dengan merevisi daftar negatif investasi (DNI) dan penyerderhanaan izin investasi. (Moerti, Wisnoe. 2013)



  • POLA PENULISAN INDUKTIF

Beberapa hari ini nilai tukar mata uang Indonesia, yakni Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat semakin merosot hingga menyentuh Rp 11.000,00 per USD. Hal ini kemudian mengakibatkan harga-harga komoditas ekspor anjlok sehingga penerimaan ekspor pun turun. Selain menurunnya ekspor, adanya perubahan kebijakan moneter di negara adikuasa, seperti Amerika Serikat juga ikut mempengaruhi kondisi ekonomi Indonesia. Amerika Serikat memperketat likuiditas global atau memperketat pembiayaan. Keadaan itu terjadi karena melambatnya perekonomian dunia, yang berdampak buruk pada beberapa negara termasuk di Indonesia.

Wakil Presiden Boediono menanggapi keadaan perekonomian Indonesia dan menghimbau kepada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah agar menggunakan anggaran secara efektif dan efisien. Pemerintah hendaknya lebih dapat meningkatkan penyerapan anggaran dengan mempermudah investor untuk berinvestasi dengan mencabut aturan yang menghambat kemudahan investasi. Boediono melanjutkan, pemerintah harus tetap siaga meskipun keadaan ekonomi Indonesia saat ini belum dapat dikatakan dalam keadaan krisis. (Maharani, Shinta. 2013) 

Pemerintah kemudian membuat paket kebijakan yang terdiri dari paket penyelamatan neraca perdagangan, paket menjaga pertumbuhan ekonomi, menjaga daya beli masyarakat, dan paket percepatan investasi. Paket penyelamatan neraca perdagangan meliputi penetapan bea masuk, menaikkan pajak penjualan bawang mewah (PPnBM), dan penurunan impor migas. Paket menjaga pertumbuhan ekonomi ekonomi dilakukan dengan insentif sektor industri agar tidak terjadi PHK. Paket guna menjaga daya beli masyarakat dilakukan oleh pemerintah yang berkerja sama dengan Bank Indonesia, contoh dari paket ini adalah mencegah Rupiah agar tidak terperosok lagi, dan mengatasi penurunan bursa saham (IHSG). Sedangkan, paket percepatan investasi meliputi revisi daftar negatif investasi (DNI) dan penyerderhanaan izin investasi. Semua paket kebijakan tersebut dikenal dengan “Paket Penyelamatan Ekonomi”. Kebijakan-kebijakan tersebut dilaksanakan untuk mengatasi masalah ekonomi yang sedang dihadapi oleh Negara Indonesia. Pemerintah bersama kementrian terkait dan Bank Indonesia mempunyai peran terpenting dalam pelaksanaan penyelamatan perekonomian Indonesia, namun hal ini tidak akan lengkap apabila masyarakat dan pelaku-pelaku ekonomi tidak ikut berperan bersama-sama.


Daftar Referensi:

Hidayat, Teguh. (2013). Gambaran Perekonomian Indonesia. Retrieved from http://gambaran-perekonomian-indonesia-saat-ini.html diunduh pada tanggal 5 oktober 2013.
Maharani, Shinta. (2013).  Wapres Boediono: Ekonomi Indonesia Lampu Kuning. Retrieved from http://www.tempo.co/read/news/2013/08/26/Wapres-Boediono--Ekonomi-  Indonesia-Lampu-Kuning.html diunduh pada tanggal 5 oktober 2013.
Moerti, Wisnoe. (2013). 4 Klaim Kebijakan Pemerintah Mampu Benahi Kondisi Ekonomi. Retrieved from http://www.merdeka.com/uang/4-klaim-kebijakan-pemerintah-mampu-benahi-kondisi-ekonomi.html diunduh pada tanggal 5 oktober 2013.

ISTILAH-ISTILAH EKONOMI & AKUNTANSI


Nama     : Shinta Amelia Dwiputri
NPM      : 29211160
Kelas      : 3EB18
Tugas Softskill Bahasa Indonesia 2


ISTILAH-ISTILAH  EKONOMI & AKUNTANSI
 
1.        Aktiva (Asset)
Sesuatu yang dimiliki yang berupa barang yang berwujud maupun tidak, namun memiliki nilai ekonomi.

2.        Aktiva Rill
            Asset atau aktiva yang memiliki bentuk/ wujud, contohnya tanah, bangunan, emas.

3.        Aktiva Financial   
           Aktiva yang wujudnya tidak terlihat secara fisik, tetapi tetap mempunyai nilai yang tinggi,
           contohnya aktiva dalam Bursa Efek (Saham).

4.        Aggregate Demand (Permintaan Agregat)
        Jumlah barang yang direncanakan atau diinginkan dalam suatu perekonomian secara keseluruhan dalam suatu periode tertentu.

5.        Aggregate Supply (Penawaran Agregat)
            Total nilai barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

6.        Analisis Equilibrium
            Analisa suatu keadaan ekonomi/ perekonomian yang berada dalam keadaan yang seimbang.

7.        Analisis Equilibrium Parsial
           Analisis yang mengkonsentrasikan pada pengaruh perubahan masing-masing pasar dalam suatu keadaan perekonomian.

8.        Anggaran Actual
            Jumlah anggaran yang dicatat pada tahun tertentu.

9.        Anggaran Berimbang
            Suatu anggaran yang disusun sedemikian rupa sehingga total belanja (total pengeluaran) sama dengan total penerimaan.

10.    Anggaran Defisit (Defisit Budget)
      Anggaran yang memang direncanakan untuk defisit, atau anggaran yang terjadi dimana pengeluaran pemerintah lebih besar daripada penerimaan pemerintah.

11.    Anggaran Surplus (Surlpus Budget)
      Anggaran yang terjadi dimana penerimaan pemerintah lebih besar daripada pengeluaran pemerintah.

12.    Anggaran Struktural
            Anggaran yang terjadi saat perekonomian beroperasi pada output yang potensial.

13.    Anggaran Siklikal
            Anggaran yang mengukur efek dari siklus bisnis terhadap anggaran

14.    Angka Indeks
            Angka yang menjadi tolak ukur (acuan) untuk mengetahui atau mengukur perubahan melalui  perbandingan antara variabel dari waktu ke waktu.

15.    APC (Rata-rata kecendrungan untuk konsumsi)
Rasio pengeluaran konsumsi terhadap pendapatan. Rumusnya ialah C/Y (Jumlah konsumsi : jumlah pendapatan) 

16.    APS (Rata-rata kecendrungan untuk menabung)
Rasio tabungan perorangan terhadap pendapatan. Rumusnya ialah S/Y (Jumlah  : jumlah pendapatan)

17.   APL (Average Product of Labour)
Rata-rata produk yang dihasilkan oleh satu unit input variable.
18.     Average Product
Produk total atau output total di bagi oleh kuantitas dari satu jenis input.
19.    Balance Budget Multiplayer
            Efek multiplayer anggaran berimbang yang nilainya adalah sama dengan satu.

20.    Balance of Trade (Neraca Perdagangan)
            Bagian dari neraca pembayaran yang merinci impor dan ekspor barang yang berwujud

21.    Bank
Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan yang menyalurkannya kembali kepada masyarakat.

22.    Bank Sentral
Badan atau instansi pemerintah yang bertanggung jawab terhadap pengendalian peredaran uang dan kondisi perkreditan nasional.

23.    Bank Komersial
Sebuah lembaga perantara keuangan yang fungsi utamanya adalah menerima simpanan giro.

24.  Barang Ekonomi
Barang berguna yang jumlah permintaannya lebih banyak dibandingkan dengan jumlah yang tersedia
25.    Barang Konsumsi
Barang yang dipakai secara langsung atau tidak langsung oleh konsumen untuk keperluan pribadi atau rumah tangga yang bersifat sekali habis; barang tersebut berbeda dengan barang yang digunakan dalam proses produksi.
26.  Barang Komplementer
Barang yang dapat melengkapi fungsi dari barang lainnya.
27.    Barang Modal
Sebagian barang dihasilkan bukan untuk memenuhi langsung kebutuhan konsumen, melainkan digunakan untuk menghasilkan barang-barang lain.
28.    Barang Normal
Semua barang yang permintaannya akan bertambah ketika pendapatan masyarakat bertambah (yang juga berarti bahwa barang tersebut memiliki elastisitas permintaan positif).
29.  Barang Subsitusi
Barang yang memiliki kegunaan untuk menggantikan barang lain.
30.  Benda Giffen
Benda interior tetapi kalau ada barang tersebut akan membeli lebih banyak (pendapatan naik).
31.    Biaya Berubah (Variable Cost)   
Biaya yang umumnya berubah-rubah sesuai dengan volume bisnis. Makin besar volume penjualan anda, makin besar pula biaya yang harus anda keluarkan.

32.    Biaya Marginal (Marginal Cost)
Biaya yang merupakan tambahan dalam jumlah biaya yang diperlukan untuk menghasilkan satu tambahan unit output.

33.    Biaya Minimum (Minimum Cost)
            Biaya per unit terendah yang mungkin dicapai.

34.    Biaya Oportunitas (Oportunitas Cost)
Nilai dari kesempatan penggunaan suatu barang ekonomi selanjutnya, atau nilai dari alternatif  yang dikorbankan.

35.    Budget Line (Garis Anggaran)
            Garis yang menggambarkan kombinasi barang yang dapat di beli oleh konsumen pada suatu
            titik di suatu grafik ekonomi.

36.    Biaya Rata-rata (Average Cost)
            Suatu biaya yang merupakan hasil dari jumlah biaya dibagi dengan jumlah kuantitas barang
            yang dihasilkan 

37.  Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya yang jumlah totalnya tidak berubah, walaupun kapasitas dan volume kegiatan berubah.
38.  Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost)
Biaya tetap yg dibebankan pada setiap unit output yang dihasilkan.
39.  Biaya Total (Total Cost)
Keseluruhan biaya yg dikeluarkan produsen untuk menghasilkan barang dan jasa, baik yg bersifat tetap (tidak dipengaruhi perubahan output) maupun biaya yg bersifat dapat berubah(dipengaruhi perubahan output).
40.    Biaya Variabel (Variable Cost)
            Biaya yang jumlahnya (nilainya) tidak tetap, biaya yang bervariasi menurut tingkat outputnya.

41.    Biaya Variabel Rata-rata (AVC)
            Biaya yang dihasilkan dari jumlah biaya variabel (total cost) yang dibagi dengan kuantitas
            produk yang dihasilkan.

42.    Bursa Valuta Asing
           Suatu tempat kegiatan usaha yang memperdagangkan berbagai jenis mata uang asing seperti
           bank-bank devisa dan money changer.

43.  Break Event Analyst
Anilisis yang mempertimbangkan tingkat kuantitas penjualan perusahaan dimana penerimaan sama dengan pengeluaran biayanya.
44.  Breakevent Point (Titik Pilang Pokok)
Tingkat pendapatan perorangan, keluarga, atau masyarakat dimana seluruhnya habis untuk barang-barang konsumsi.
45.    Capital Goods
            Bentuk investasi yakni dalam bentuk barang modal.

46.    Capital Stock
            Barang modal yang tersedia atau jumlah barang modal dalam suatu perekonomian.  

47.    Ceiling Price 
Batas maksimum harga penjualan yang harus dipatuhi oleh produsen.

48.    Ceteris Paribus
           Suatu kondisi artificial yang diangkat oleh para ahli ekonomi untuk secara terpisah mengamati
           hubungan antara dua variabel ekonomi.

49.    Consumer Surplus (Surplus Konsumen)
           Selisih antara jumlah yang persediaan akan dibayar oleh konsumen untuk sebuah komoditi
           dengan jumlah yang sebenarnya akan dibayarkan. 

50.    Consumption (Konsumsi)
           Jumlah seluruh  pengeluaran perorangan atau Negara untuk barang-barang konsumsi selama
           suatu periode tertentu.

51.  Comonic Profit
Besarnya keuntungan yang melebihi normal profit.
52.    Common Stock (Saham Biasa)
             Instrument keuangan yang mencerminkan kepemilikan dan hak suara dalam suatu perseroan

53.    Deflasi
             Penurunan tingkat harga yang terjadi secara umum pada suatu kondisi perekonomian.

54.    Demand (Permintaan)
Jumlah produk yang diinginkan dan mampu dibeli konsumen pada berbagai tingkat harga dalam jangka waktu tertentu dengan menganggap factor yang mempengaruhinya konstan/tetap (ceteris paribus).
55.    Demand Pull Inflation
           Inflasi harga yang diakibatkan oleh kelebihan permintaan daripada persediaan barang yang
           ada.

56.    Deposito Berjangka
            Dana yang disimpan di bank dan hanya dapat ditarik kembali setelah suatu jangka waktu 
            tertentu. 

57.  Dependent Variable (Variabel Terikat)
Variable yang nilainya dipengaruhi variable lain tetapi tidak dapat mempengaruhi variable lain.
58.    Depresi
            Periode berkepanjangan dimana tingkat pengangguran sangat tinggi, tingkat output, dan 
            investasi yang rendah, penurunan harga, serta kegagalan usaha secara luas. 

59.    Depresiasi Mata Uang
            Mata uang sebuah Negara dikatakan didepresi apabila nilainya menurun dibandingkan dengan
            mata uang lainnya.

60.    Devaluasi
            Penurunan tingkat nilai resmi mata uang suatu negara dibanding mata uang lainnya atau 
            dibandingkan emas.

61.    Diminishing Marginal Utility
Setiap penambahan barang yang sama dan sejenis, akan memberikan tambahan kepuasan (marginal) yang diperoleh dari penggunaan barang tersebut (utility) dimana penambahan kepuasan tersebut akan terus menurun nilainya (diminishing).
62.  Diferensiasi Produk
Upaya dari sebuah perusahaan untuk membedakan produknya dari produk pesaing dalam suatu sifat yang membuatnya lebih diinginkan
63.  Diskriminasi Harga
Menaikkan laba dengan cara menjual barang yang sama dengan harga berbeda untuk konsumen yang berbeda atas dasar alasan yang tidak berkaitan dengan biaya
64.    Disekuilibrium
            Keadaaan perekonomian negara yang sedang tidak berada dalam kondisi yang seimbang.

65.    Disinflasi
            Proses suatu penurunan tingkat inflasi yang tinggi 

66.    Disposible Income
            Suatu pendapatan yang sudah siap untuk dibelanjakan.

67.  Economic man (manusia ekonomi)
Konsepsi tentang seseorang yang benar-benar rasional dimana motivasinya semata-mata berdasarkan pertimbangan ekonomi.
68.  Economise of Scale (skala ekonomi)
Merupakan fenomena turunnya biaya produksi per unit dari suatu perusahaan yang terjadi bersamaan dengan meningkatnya jumlah produksi (output).
69.    Economies of Scope
Situasi dimana joint output dari satu perusahaan lebih besar dibandingkan dengan output yang akan dicapai oleh dua perusahaan berbeda yang memproduksi barang yang sama. 

70.    Ekuilibrium
           Keadaan dimana kesatuan ekonomi berada pada keadaan seimbang, atau kekuatan-kekuatan 
           yang mempengaruhi kesatuan ekonomi sedang seimbang.

71.    Ekuilibrium Umum
            Keadaan ekuilibrium bagi perekonomian secara keseluruhan dimana keadaan harga barang 
            dan jasa sedemikian rupa baik pada keseluruhan pasar.

72.  Eksplisit
Biaya produksi yang harus di keluarkan untuk factor produksi yang harus di beli dari luar.

73.    Elastisitas
            Suatu keadaan yang menggambarkan reaksi dari suatu variabel terhadap perubahan variabel.

74.  Elastisitas Harga dari Permintaan
Derajat kepekaan / respon jumlah permintaan akibat perubahan harga barang tersebut. Atau bisa dibilang dengan kata lain merupakan perbadingan dengan persentasi perubahan jumlah barang yang diminta dengan prosentase perubahan pada harga di pasar.
75.    Elastisitas Harga dari Penawaran
Prosentase perubahan jumlah barang yang ditawarkan akibat terjadinya perubahan harga itu sendiri.
76.    Elastisitas Permintaan Elastic
            Situasi apabila nilai elastisitas permintaannya lebih dari satu ( x>1 ).

77.    Elastisitas Permintaan Inelastic
            Situasi apabila nilai elastisitas permintaannya lebih kecil dari satu ( x<1 ).

78.    Elastisitas Permintaan Uniter
Situasi diantara nilai elastisitas permintaan elastic dan permintaan yang inelastic, yakni elastisitas harganya bernilai satu ( x=1 ).

79.    Engel’s law (Hukum Angel)
Semakin besar pendapatan seseorang, semakin kecil bagian pendapatannya yang digunakan untuk konsumsi atau dipergunakan secara langsung.
80.    Equilibrium Quantity
Kuantitas yang ditawarkan dan kuantitas yang diminta ketika harga telah disesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan.
81.  Expense (ongkos)
Pengeluaran yang dilakukan untuk manfaat yang telah kita dapat saat ini atau yang lalu.
82.  Expected Rate of Return
Tingkat pengembalian yang diharapkan atau suatu kemampuan perusahaan menentukan tingkat investasi yang diharapkan.
83.  Faktor Produksi
Segala sesuatu atau sumber-sumber yang digunakan dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa secara terus-menerus.
84.  Faktor Penawaran
Penawaran yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
85.    Fungsi Konsumsi
           Fungsi yang menggambarkan antara jumlah konsumsi dengan pendapatan yang dapat 
           dibelanjakan.

86.    Fungsi Produksi
            Fungsi yang menyatakan berapa jumlah output maksimum yang dapat dicapai dengan suatu 
            unit dan teknologi tertentu.

87.  Fungsi Permintaan
Sebuah fungsi yang menunjukan hubungan antara harga barang dengan jumlah barang yang diminta oleh masyarakat.
88.    Fungsi Tabungan
           Fungsi yang menggambarkan jumlah tabungan yang ditabung oleh rumah tangga atau Negara 
           pada setiap tingkat pendapatan yang tidak digunakan untuk keperluan konsumsi. 

89.  Future Value
Besarnya nilai investasi pada tahun mendatang atau nilai investasi yang diharapkan.
90.  Garis Batas Kemungkinan Produksi
Grafik yang melukiskan rangkaian barang yang dapat dihasilkan oleh suatu perekonomian
91.  Garis Batas Kemungkinan Utilitas
Grafik yang melukiskan utilitas/kepuasan dari dua konsumen yang masing-masing diukurkan pada tiap sumbu.
92.    GNP Nominal
            Nilai dari seluruh jasa dan barang jadi yang diproduksi dalam kurun waktu tertentu oleh suatu 
            Negara pada pasar. 

93.    GNP Potensial
            Tingkat GNP maksimum yang dapat dipertahankan pada suatu tingkat teknologi dan populasi 
             tertentu.

94.    GNP Rill
          GNP nominal yang telah dikoreksi dengan factor infalsi, yaitu GNP nominal atau deflator GNP.

95.    Hiperinflasi
            Suatu keadaan yakni dimana kenaikan harga yang terjadi secara umum, yang tingkat 
            kenaikannya lebih besar dari 100%

96.   Hukum Penawaran
Semakin tinggi harga suatu barang, makain banyak jumlah barang tersebut yang ditawarkan oleh penjual.
97.  Hukum Permintaan
Semakin rendah harga suatu barang, makin banyak permintaan terhadap barang tersebut, sebaliknya makin tinggi harga barang tersebut maka permintaan makin sedikit.
98.  Hukum Permintaan Dengan Kemiringan Negatif
Ketentuan yang mengatakan bahwa ketika harga barang atau jasa menurun, konsumen akan lebih banyak membeli barang itu, dengan syarat barang lainnya tidak berubah.
99.  Income Consumption Curve
Kombinasi produk yang dikonsumsi untuk memberikan kepuasan maksimum kepada konsumen pada berbagai tingkat pendapatan.
100.          Implisit
Biaya produksi yg tidak dikeluarkan tapi tetap dihitung dengan cara taksiran, karena biaya ini berasal dari penggunaan factor produksi yang di miliki sendiri oleh pengusaha.
101. Independent Variable
Variable yang dapat mempengaruhi nilai variable lain tetapi tidak dapat dipengaruhi oleh variable lain.
102. Inflasi
            Keadaan dimana terjadinya kenaikan-kenaikan barang yang bersifat umum dan berlangsung 
            secara terus menerus.

103. Inflasi Berat
            Suatu keadaan yakni dimana kenaikan harga yang terjad secara umum, yang tingkat 
            kenaikannya sebesar 30%-100% 

104. Inflasi di Impor
           Suatu keadaan dimana kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan-kenaikan harga 
           barang impor

105. Inflasi Merayap
           Suatu keadaan dimana kenaikan harga yang lambat yang terjadi secara berkelanjutan 
           (kontinue) yang berfocus pada pergerakannya.

106. Inflasi Terbuka
           Suatu keadaan kenaikan harga, dimana Pemerintah tidak campur tangan langsung untuk 
           mengendalikan harga yang terjadi. 

107. Inflasi Tertekan
           Kenaiakan harga-harga yang tidak berjalan sewajarnya dikarenakan Pemerintah membuat 
           peraturan dan perundang-undangan untuk menyekat kenaikan harga yang terjadi.

108. Inflasi Ringan
            Suatu keadaan yakni dimana kenaikan harga yang terjadi secara umum, yang tingkat 
            kenaikannya sebesar 0%-10% 

109. Inflasi Sedang
           Suatu keadaan yakni dimana kenaikan harga yang terjadi secara umum, yang tingkat 
           kenaikannya sebesar 10%-30%

110. Inventory (Persediaan)
           Suatu aktiva yang berwujud yakni berupa barang atau yang disebut persediaan, yang juga 
           merupakan suatu investasi fisik yang berupa barang produksi. 

111. Internal Rate of Return (IRR)
           Nilai tingakat pengembalian investasi yang dihitung pada saat NPV=0

112. Kebijakan Fiskal
          Penggunaan kegiatan menaikan pendapatan dan kegiatan pengeluaran yang dilakukan 
          Pemerintah dalam usahanya untuk mempengaruhi variabel makro seperti GNP dan lapangan  
          kerja.

113. Kebijakan Makro Ekonomi
           Langkah-langkah Pemerintah bertujuan untuk mempengaruhi keseluruhan perekonomian 
           dengan tujuan untuk mempertinggi efisiensi kegiatan ekonomi, menghindari inflasi, 
           menciptakan pertumbuhan ekonomi yang teguh dan mengkukuhkan kedudukan sektor luar 
           negeri. 

114. Kebijakan Moneter
           Langkah yang dilakukan Pemerintah untuk mengatur penawaran uang dan suku bunga, guna 
           mengatasi masalah keuangan Negara.

115. Kebijakan Penstabilan Ekonomi
           Langkah-langkah pemerintah yang dilakukan untuk mempengaruhi tingkat kegiatan 
           keseluruhan ekonomi yang tujuannya untuk mengatasi masalah pengangguran, mempercepat 
           pertumbuhan dan menghindari inflasi.  

116. Keseimbangan Pasar
Suatu kondisi pasar yang menunjukan pada tingkat harga tertentu jumlah barang yg diminta sama dengan jumlah barang yang ditawarkan
117. Keseimbangan Pendapatan Nasional Ekonomi 2 Sektor
            Keadaan yang berlaku dalam ekonomi dua sektor dimana pengeluaran agregrat sama dengan 
            penerimaan agregrat (Y=C+I).

118. Keseimbangan Ekonomi Tiga Sektor
             Keadaan ekonomi dimana pengeluaran agregrat yang berlaku dalam ekonomi tiga sektor 
             adalah sama dengan penerimaan agregrat atau pendapatan nasional, rumusnya Y=C+I+G.

119. Kuota Impor
           Batas yang ditetapkan oleh Pemerintah mengenai kuantitas komoditi asing yang masuk ke 
           negeri itu selama periode tertentu.

120. Kurva Indeferen
            Kurva yang menggambarkan semua kombinasi 2 komoditi yang memberikan sejumlah 
            keputusan yang sama.

121. Kurs
            Menunjukkan banyaknya uang dalam negeri yang diperlukan untuk membeli satu unit 
            valuta asing tertentu.

122. Kurva Isocost
           Kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi pembelian dua input variabel dan modal 
           dengan menggunakan jumlah anggaran yang sama.

123. Kurva Isoquan
Kurva yang menghubungkan titik-titik kombinasi input untuk menghasilkan tingkat output yang sama.
124. Kurva Perrmintaan Agregrat (AD)
            Kurva yang menggambarkan tentang hubungan antara jumlah total output yang akan diminta 
            dengan tingkat harga outputnya.

125. Kurva Penawaran Agregrat (AS)
            Kurva yang menggambarkan tentang hubungan antara jumlah total output yang akan 
            diproduksi dengan tingkat harga outputnya.

126. Kurva Philips
            Kurva yang menunjukkan hubungan diantara kenaikan upah atau kenaikan harga dengan 
            tingkat pengangguran dalam ekonomi pada suatu jangka waktu tertentu.

127. Kurva Permintaan
            Kurva yang menggambarkan hubungan antara kuantitas komoditi tertentu yang akan dibeli 
            selama periode waktu tertentu dengan harga komoditi tersebut.

128. Kurva Biaya Rata-Rata Jangka Panjang
Grafik dari biaya rata-rata minimum untuk menghasilkan suatu komoditi pada tiap tingkat produksi dengan asumsi tingkat teknologi dan harga-harga masukan diketahui, sedangkan produsen bebas memilih besar optimal pabriknya.

129. Kurva Biaya Rata-Rata Jangka Pendek
Grafik dari biaya rata-rata minimum untuk menghasilkan suatu komoditi pada tiap tingkat produksi, berdasarkan teknologi dan harga masukan dari pabrik yang ada. 

130. Kurva Marginal Efficiency of Investment
            Kurva yang menunjukkan hubungan antara tingkat bunga dengan tingkat investasi.

131. Laba yang Dibagikan
             Laba yang dibayarkan kepada pemilik saham

132. Labour/Tenaga Kerja
             Suatu faktor produksi yang terdiri dari semua konstribusi fisik dan mental yang disediakan 
             oleh seseorang atau sekelompok orang.

133. Land/Tanah
             Faktor produksi yang terdiri dari semua pemberian alam termasuk bahan mentah dan “tanah” 
             itu sendiri menurut pengertian konvensionalnya.

134. Law of Diminishing Return
Sebuah hukum dalam ekonomi yang menjelaskan tentang proporsi input yang tepat untuk mendapatkan output maksimal

135. Likuiditas
            Tingkat kemudahan dan kepastian suatu harta untuk dicairkan menjadi alat tukar dalam 
            sistem ekonomi. 

136. Lompang Deflasi
            Perbedaan antara pengeluaran agregrat yang perlu dicapai agar perekonomian dapat 
            mencapai kesempatan kerja penuh dengan pengeluaran agregrat yang sebenarnjya tercapai 
            pada kesempatan kerja penuh

137. Marginal Cost/ Biaya Marginal
             Keniakan dari total biaya akibat peningkatan produksi 1 unit barang. 

138. Marginal Product
            Prubahan kuantitas total output yang diakibatkan oleh penggunaan tambahan 1 unit faktor 
            produksi.

139. Marginal Propensity to Consume (MPC)
             Kecendrungan marginal dalam mengkonsumsi atau perubahan konsumsi dibagi dengan 
             perubahan pendapatan disposibel.

140. Marginal Propensity to Saving (MPS)
Kecendrungan marginal untuk menabung atau perubahan tabungan yang diakibatkan oleh perubahan dalm pendapatan disposibel, tingkat perubahan tabungan dibagi dengan pendapatan disposible.

141. Marginal Revenue (Pendapatan Marginal)
            Perubahan total penghasilan perusahaan yang diakibatkan oleh penambahan 1 unit penjualan.

142. Market (Pasar)
            Tempat berlangsungnya negosiasi pertukaran komoditi antara penjual dan pembeli.

143. Market Failure (Kegagalan Pasar)
            Kegagalan sistem pasar bebas untuk mencapai efisiensi alokatif yang optimal atau untuk 
            mencapai tujuan sosial, karena timbulnya eksternalitas, gangguan pasar atau          
            ketidaksempurnaan pasar.
 
144. Markup
            Jumlah yang ditambahkan pada biaya untuk menentukan harga.

145. Microeconomic
             Studi tentang alokasi sumber-sumber dan distribusi pendapatan yang keduanya dipengaruhi  
             oleh berkerjanya sistem, serta kebijakan pemerintah.

146. Modal
             Faktor produksi yang terdiri dari semua perlengkapan pabrik untuk proses produksi 
             selanjutnya.

147. Modal Ekuitas
            Dana yang disediakan oleh para pemilik perusahaan yang pengembaliannya pada laba yang 
            dihasilkan perusahaan.

148. Monetary Policy
           Tindakan untuk mempengaruhi perekonomian dengan menggunkan beberapa instrumen atau 
           variabel moneter, seperti kuantitas uang dan suku bunga.

149. Money
            Setiap benda yang dapat dipergunakan dan umumnya diterima sebagai alat pembayaran/ 
            pertukaran.

150. Money Supply/ Jumlah Uang Beredar
             Total kuantitas uang dalam perekonomian pada suatu waktu tertentu.

151. Multiplayer
Angka yang menunjukkan sejauh mana pendapatan nasional akan berubah efek dari perubahan dalam pengeluaran agregrat.

152. Nasional Debt (Hutang Nasional/ Hutang Negara)
            Volume hutang yang dimiliki pemerintah pusat yang sedang berjalan/ volume hutang yang 
            dimiliki oleh suatu negara. 

153. National Income/ Pendapatan Nasional
             Nilai total output dan nilai pendapatan yang ditimbulkan oleh produksi output tersebut. 

154. Neraca
            Laporan keuangan yang menunjukkan kekayaan perusahaan dan kewajiban terhadap 
            kekayaan pada saat tertentu.

155. Neraca Modal
            Bagian dari neraca pembayaran yang mencatat pembayaran atau penerimaan yang timbul dari 
            impor dan ekspor modal keuangan jangka panjang dan jangka pendek.

156. Neraca Pembayaran
Suatu ringkasan pembukuan yang menunjukkan aliran pembayaran yang dilakukan dari negara-negara lain ke dalam negeri dan dari dalam negeri ke negara-negara lain dalam satu tahun tertentu.

157. Network Capital/ Modal Kerja
             Modal yang diinvestasikan dalam aktiva lancar.

158. Net Present Value (NPV)
              Selisih nilai sekarang dari biaya total dengan penerimaan total bersih.

159. Nilai Tukar
Harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang saing lainnya yang dapat dibeli atau dijual.

160. Nilai Uang
            Kemampuan dari seunit uang untuk memperoleh barang atau jasa.

161. Oligopoly
           Struktur pasar yang industrinya di dominasi oleh sejumlah kecil perusahaan yang saling 
           bersaing.

162. Open Market Operations/ Operasi Pasar Terbuka
           Sistem dimana pembelian dan penjualan surat-surat berharga oleh Bank Sentral di pasar 
           terbuka.

163. Oportunity Cost/ Biaya Kesempatan
           Biaya penggunaan sumber daya untuk tujuan tertentu, yang diukur oleh manfaat yang 
           diberikan dari tidak diguinkannya sumber-sumber tersebut dalam aalternatif penggunaan yang 
           baik. 

164. Output
            Barang-barang dan jasa yang dihasilkan dari suatu kegiatan proses produksi.

165. Pajak
            Pungutan yang diekanakan pemerintah atas keuntungan perusahaan, pendapatan individu, 
            dan nilai jual suatu barang termasuk barang yang di ekspor dan di impor.

166. Pajak Cukai
            Pajak atas penjualan suatu komoditi tertentu.

167. Pajak Langsung
            Pajak yang secara langsung dipungut dari pembayar pajak atau dari wajib pajak.

168. Pajak Progresif
Pajak yang presentasenya semakin tinggi apabila pendapatannya semakin tinggi.

169. Pajak Proporsional
            Pajak yang persentasenya tetap pada berbagai tingkat pendapatan. 

170. Pajak Regresif
            Pajak yang presentasenya menurun apabila pendapatannya menigkat.

171. Pajak Tidak Langsung
            Pajak (pungutan) pemerintah yang dikenakan atas barang dan jasa ketika barang tersebut 
            dijual kepada pihak lain seperti konsumen, atau diimpor dari luar negeri.

172. Pasar Faktor Produksi
             Pasar dimana terjadinya (tempat) output barang dan jasa dijual.

173. Payback Period
            Waktu yang dibutuhkan agar investasi yang direncanakan dapat dikendalikan atau yang 
             disebut periode pulang pokok.

174. Penanam Modal
            Seseorang atau suatu badan yang berinvestasi pada suatu perusahaan ataupun badan lain 
            dengan menggunakan modalnya sendiri atau dana yang dipinjamnya untuk mengembangkan 
            kegiatan memproduksi barang atau jasa.

175. Pendapatan Nasional Bruto
            Nilai barang dan jasa yang dihitung dalam pendapatan nsaional hanyalah barang dan jasa 
            yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki warga negara dari negara yang 
            pendapatan nasionalnya dihitung.

176. Penawaran Uang
            Jumlah uang yang terdapat dalam perekonomian dan terdiri dari uang dalam peredaran dan 
            tabungan giral dan yang disebut sebagai M1.

177. Pengangguran
             Suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja yang ingin 
             mendapatkan pekerjaan tetapi belum memperolehnya. 

178. Pengangguran Siklus
             Pengangguran yang terjadi sikarenakan kelebihan pengangguran friksional dan 
             pengangguran structural.

179. Pengangguran Friksional
            Pengangguran yang sidebabkan bahwa kenyataan untuk berpindah dari suatu pekerjaan ke 
            pekerjaan lainnya yang memerlukan waktu.

180. Perbelanjaan Agregrat
            Perbelanjaan yang dilakukan dalam perekonomian pada suatu periode tertentu (dalam satu 
            tahun) pada berbagai tingkat pendapatan negara.

181. Pendapatan
            Penungkatan jumlah aktiva atau penurunan kewajiban yang timbul pada suatu periode 
            akuntansi.

182. Pertumbuhan Ekonomi
            Perkembangan kegiatan ekonomi yang berlaku dari waktu ke waktu dan menyebabkan 
            pendapatan nasional rill semakin berkembang.

183. Produktivitas
            Rasio perbandingan hasil produksi dengan masukkanya.

184. Produk Domestic Bruto / PDB
             Nilai seluruh barang akhir dan jasa yang dihasilkan oleh siapapun di dalam wilayah teritorial 
             suatu negara selama periode waktu 1 tahun.

185. Produk Nasional Bruto/ PNB
             Nilai seluruh barang akhir dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh warga negara selama 
             periode waktu 1 tahun.

186. Produksi
             Tindakan yang dilakukan untuk menghasilkan komoditi baik barang maupun jasa. 

187. Rekening Giro
             Simpanan di bank yang sewaktu-waktu dapat ditarik sesuati permintaan dan dapat dipindah 
             bukukan dengan menggunakan cek. 

188. Rate of Inflation (Laju Inflasi)
            Tingkat presentase kenaiakan dalam beberapa indeks harga, dari 1 periode ke periode
             lainnya.

189. Relative Price (Harga Relatif)
            Rasio harga nominal suatu komoditi terhadap harga nominal komoditi lainnya yaitu rasio dari 
            2 harga mutlak.

190. Rentabilitas Ekonomi
            Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan memanfaatkan seluruh modal yang 
            dimiliki.

191. Saham
            Kepemilikan atau surat kepemilikan atas suatu/ sebuah perusahaan. 

192. Saham Preferen
            Suatu bentuk saham yang memiliki keistimewaan dari saham biasa yaitu memperoleh  
            jumlah maksimum deviden yang tetap yakni bisa melalui pemungutan suara ataupun tidak.

193. Stockholders (Pemilik Saham)
            Para pemilik sebuah perusahaan yang memberikan dananya melalui pembelian saham-saham 
            perusahaan tersebut.

194. Stock Market (Bursa Saham)
            Suatu pasar yang terorganisasi tempat saham serta obligasi yang diperjualbelikan.

195. Substitusi
            Dua komoditi yang dapat saling menggantikan satu sam lainnya bila keduanya memenuhi 
            kebutuhan/ keinginan bersama dimana dalam subsitusi ini besarnya elastisitas silang positif 
            terwujud.

196. Saham Biasa
            Bentuk penyertaan modal yang mengandung hak suara, kekayaan bersih dan laba perusahaan, 
            namun presentasenya tidak sebesar pemegang saham preferen (tidak memiliki hak istimewa 
            dalam pembagian devidennya.

197. Sertifikat Deposito
            Deposito berjangka yang dapat dinegosiasikan  dan mempunyai suku bunga yang lebih tinggi 
            daripada deposito berjangka biasa.

198.  Skala Ekonomi
             Penurunan biaya per unit output yang dihasilkan dari suatu ekspektasi output.

199. Suku Bunga
             Persentase pendapatan yang diterima oleh para penabung dari tabungan uang yang 
             disisihkannya.

200. Subsidi
            Bantuan dalam bentuk barang atau uang kepada produsen ataupun konsumen untuk 
            mengurangi biaya produksi atau untuk mengendalikan harga.