Nama : Shinta Amelia Dwiputri
NPM : 29211160
Kelas : 4EB18
MatKul : Tugas Softskill Etika Profesi Tahun Ajaran 2014/2015
A.
Tahap Perkembangan
Moral menurut Lawrence Kohlberg
Sebelum
mempelajari mengenai pengertian dari perkembangan moral, akan lebih baik kita terlebih dahulu memahami
arti kata per katanya. Pengertian
perkembangan merupakan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan
tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru (Reni Akbar
Hawadi : 2001). Helden (1977) dan Richards (1971) berpendapat moral adalah
suatu kepekaan dalam pikiran, perasaan, dan tindakan dibandingkan dengan
tindakan-tindakan lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap
prinsip-prinsip dan aturan-aturan. Jadi, perkembangan moral adalah perkembangan
yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan
oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain (Santrock : 1995).
Kohlberg mengemukakan teori perkembangan moral
berdasar teori Piaget, yaitu dengan pendekatan organismik (melalui tahap-tahap perkem-bangan
yang memiliki urutan pasti dan berlaku secara universal). Teori ini
berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam tahapan perkembangan yang
dapat teridentifikasi. Keenam tahapan perkembangan moral dari Kolhlberg dikelompokkan ke dalam
tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional.
- Tingkat Pra – Konvensional
Di tingkat pertama ini, anak sangat
tanggap terhadap norma-norma budaya, misalnya norma baik maupun buruk, mengenai
benar atau salah, dll. Anak dapat menafsirkan norma-norma tersebut sesuai dengan akibat,
hukuman, ganjaran yang akan dihadapi
atas tindakan yang dilakukan, dan Anak juga menilai norma-norma tersebut
berdasarkan kekuatan fisik dari yang menerapkan norma-norma tersebut. Tingkat ini
biasanya ada pada anak-anak yang berusia empat hingga sepuluh
tahunan, yakni sebagian besar anak SD, dan sejumlah remaja/SMP.
Pada tingkat
prekonvensional ini dibagi menjadi dua tahap yaitu:
a. Tahap Punishment and Obedience Orientation
Pada tahap ini, secara umum anak menganggap bahwa konsekuensi yang
ditimbulkan dari suatu tindakan sangat menentukan baik-buruknya suatu tindakan
yang dilakukan, tanpa melihat sisi manusianya.
b. Tahap Instrumental-Relativist Orientation atau Hedonistic Orientation
Suatu tindakan dikatakan benar apabila tindakan tersebut mampu memenuhi
kebutuhan untuk diri sendiri maupun orang lain. Tindakan yang tidak memberikan
pemenuhan kebutuhan baik untuk diri sendiri maupun orang lain dapat dianggap
sebagai tindakan baik selama tindakan tersebut tidak merugikan. Pada tahap ini terdapat
hubungan timbal balik dan sikap terus terang yang menempati kedudukan yang
cukup penting.
- Tingkat Konvensional
Pada tingkat perkembangan moral konvensional, memenuhi harapan keluarga,
kelompok, masyarakat, maupun bangsanya merupakan suatu tindakan yang terpuji. Pada tingkat ini, usaha
seseorang untuk memperoleh, mendukung, dan mengakui keabsahan tertib sosial
sangat ditekankan, serta usaha aktif untuk menjalin hubungan positif antara
diri dengan orang lain maupun dengan kelompok di sekitarnya. Pada tahap ini
biasanya beberapa anak SD tingkat akhir, sejumlah anak SMP dan anak SMU. Pada
tingkat konvensional ini dibagi menjadi dua tahap yaitu:
a. Tahap Interpersonal Concordance atau Good-Boy/Good-Girl Orientation
Pada tahap ini tindakan
yang bermoral adalah tindakan yang menyenangkan, membantu, atau tindakan yang
diakui dan diterima oleh orang lain. Moralitas suatu tindakan diukur dari niat
yang terkandung dalam tindakan tersebut. Jadi, setiap anak akan berusaha untuk
dapat menyenangkan orang lain.
b. Tahap Law and Order Orientation
Pada tahap ini,
pandangan anak selalu mengarah pada otoritas, pemenuhan aturan-aturan, dan juga
upaya untuk memelihara tertib sosial. Tindakan bermoral dianggap sebagai
tindakan yang mengarah pada pemenuhan kewajiban, penghormatan terhadap suatu
otoritas, dan pemeliharaan tertib sosial yang diakui sebagai satu-satunya
tertib sosial yang ada.
- Tingkat Pasca – Konvensional/ Tingkat Postkonvensional
Terdapat usaha dalam diri anak untuk menentukan nilai-nilai dan
prinsip-prinsip moral yang memiliki validitas yang diwujudkan tanpa harus
mengaitkan dengan otoritas kelompok maupun individu dan terlepas dari hubungan
seseorang dengan kelompok. Tingkat ini sering ditemui sebelum masa kuliah. Pada
tingkat ketiga ini, di dalamnya mencakup dua tahap perkembangan moral, yaitu:
a. Tahap Social-Contract, Legalistic Orientation
Tahap ini merupakan tahap kematangan moral yang cukup tinggi, tindakan yang
dianggap bermoral merupakan tindakan-tindakan yang mampu merefleksikan hak-hak
individu dan memenuhi ukuran-ukuran yang telah diuji secara kritis dan telah disepakati
oleh masyarakat luas dan telah menyadari perbedaan individu dan pendapat. Tahap
ini memungkinkan tercapainya musyawarah mufakat. Tahap ini sangat memungkinkan
seseorang melihat benar dan salah sebagai suatu hal yang berkaitan dengan
nilai-nilai dan pendapat pribadi seseorang.
b. Tahap Orientation of Universal Ethical Principles
Pada tahap tertinggi ini, moral dipandang benar tidak harus dibatasi oleh
hukum atau aturan dari kelompok sosial atau masyarakat. Namun, hal tersebut
lebih dibatasi oleh kesadaran manusia dengan dilandasi prinsip-prinsip etis.
Prinsip-prinsip tersebut dianggap jauh lebih baik, lebih luas dan abstrak dan
bisa mencakup prinsip-prinsip umum seperti keadilan, persamaan HAM, dan
sebagainya.
B. Apa Yang
Menentukan Tingkatan Intensitas Masalah Etika?
Ada 4 tingkatan intensitas mengenai etika, yaitu :
1)
Etika atau moral pribadi yaitu yang
memberikan teguran tentang baik atau buruk, yang sangat tergantung kepada
beberapa faktor antara lain pengaruh orang tua, keyakinan agama, budaya, adat
istiadat, dan pengalaman masa lalu.
2)
Etika profesi, yaitu serangkaian
norma atau aturan yang menuntun perilaku kalangan profesi tertentu.
3)
Etika organisasi yaitu serangkaian
aturan dan norma yang bersifat formal dan tidak formal yang menuntun perilaku
dan tindakan anggota organisasi yang bersangkutan.
4)
Etika sosial, yaitu norma-norma yang
menuntun perilaku dan tindakan anggota masyarakat agar keutuhan kelompok dan
anggota masyarakat selalu terjaga atau terpelihara.
C.
Jelaskan
Jenis- Jenis Penyimpangan Di Tempat Kerja
Penyimpangan di
tempat kerja adalah perilaku tidak etis yang melanggar norma-norma organisasi
mengenai benar atau salah. Terdapat 4 jenis penyimpangan di tempat kerja,
antara lain:
1)
Penyimpangan produksi
Perilaku
tidak etis dengan merusak mutu dan jumlah hasil produksi. Misalnya: pulang
lebih awal, beristirahat lebih lama, sengaja bekerja lamban, sengaja
membuang-buang sumber daya.
2)
Penyimpangan hak milik
Perilaku
tidak etis terhadap harta milik perusahaan. Misalnya: menyabot, mencuri atau
merusak peralatan, mengenakan tarif jasa yang lebih tinggi dan mengambil
kelebihannya, menipu jumlah jam kerja, mencuri dari perusahaan lain.
3)
Penyimpangan politik
Yaitu
menggunakan pengaruh seseorang untuk merugikan orang lain dalam perusahaan.
Misalnya: mengambil keputusan berdasarkan pilih kasih dan bukan kinerja,
menyebarkan kabar burung tentang rekan kerja, menuduh orang lain atas kesalahan
yang tidak dibuat.
4)
Penyerangan pribadi
Merupakan
sikap bermusuhan atau perilaku menyerang terhadap orang lain. Seperti:
pelecehan seksual, perkataan kasar, mencuri dari rekan kerja, mengancam rekan
kerja secara pribadi.
Daftar Referensi: