1.1
Pengertian Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga
barang jasa secara umum dan terus-menerus. Ini tidak bearti bahwa harga-harga
berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Mungkin dapat
terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan harga
umum batang secara terus–menerus selama satu periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali
saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi.
1.1.1 Indeks
Harga
Kenaikan harga ini diukur dengan
menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk
mngukur inflasi antara lain :
1. Indeks biaya hidup (Consumer Price Index)
Indeks biaya hidup mengukur biaya
atau pengeluran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah
tangga untuk keperluan hidup.
2. Indeks harga perdagangan besar (Wholesale Pirce Index)
Indeks perdangangan besar meniti
beratkan pada sejumlah barang pada tingkat pedangangan besar.
3. GNP Deflator
GNP Deflator adalah jenis indeks yang
lain. Berbeda dengan dua indeks di atas, dalam cakupan barangnya. GNP deflator
mencakup jumlah barang dan jasa yang mencangkup dalam perhitungan GNP, jadi
lebih banyak jumlahnya bila dibanding dengan dua indeks di atas GNP deflator
diperoleh dengn membagi GNP nominal (diatas harga Berlaku) dengan GNP rill
(atas dasar harga konstans).
1.2
Jenis-Jenis Inflasi
A. Jenis Inflasi Menurut Sifatnya
Laju Inflasi dapat berbeda antara
satu negara dengan negara lain atau dalam satu negara dalam waktu yang berbeda.
Atas dasar besarnya laju inflasi maka dapta dibagi ke dalam tiga kategori yaitu
1. Merayap (Creeping Inflation)
Ditandai dengan laju inflasi yang
rendah (kurang dari 10% pertahun). Kenaikan harga berjalan secara lambat,
dengan persentase yang kecit serta dalam jangka yang relatif lama.
2. Inflasi Menengah (Galloping Inflation)
Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dalam waktu
yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselarasi (harga dalam waktu
mingguan atau bulanan) efeknya terhadap perekonomian lebih besar dari pada inflasi
yang merayap (creeping inflation)
3. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)
Merupakan inflasi yang paling parah
akibatnya harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi
berkeinginan untuk menyimpan uang sebab nilai uang merosot dengan tajam seingga
ingin ditukarkan dengan uang sehingga perputaran uang semakin cepat dan harga
naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apa bila pemerintah
mengalami defisit anggaran belanja yang dibelanjakan dan ditutupi dengan
mencetak uang.
B. Jenis Inflasi Menurut Sebabnya
1. Demand-pull inflation
Inflasi ini bermula dari adanya
kenaikan pemintaan total (agregate demand), sedangkan produksi telah berada
pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja
penuh. Dalam keadaan hampir kesempatan kerja penuh, kenaikan permintaan total
disamping kenaikan harga dapt juga menaikkan hasil produksi (output).
2. Cost-push inflation
Berbeda dengan demand-pull
inflation, cost-push inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta
turunnya produksi. Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini
timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total
(aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya
produksi ini dapat timbul karena beberapa factor diantaranya :
·
perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntu
kenaikan upah
·
Suatu industri yang sifatnya monopolistis, manajer dapat
menggunakan kekuasaannya di pasar untuk menentukan harga (yang lebih tinggi).
·
Kenaikan harga bahan baku industri.
C. Jenis Inflasi Berdasarkan Sumber atau Penyebab
·
Inflasi Tarikan Permintaan, yakni kenaikan harga-harga yang disebabkan
oleh pertambahan pengeluaran yang besar yang tidak dapat dipenuhi oleh
kemampuan memproduksi yang tersedia.
·
Inflasi Desakan Biaya, yakni kenaikan harga-harga yang disebabkan
oleh kenaikan dalam biaya produksi sebagai akibat kenaikan harga bahan mentah
atau kenaikan upah.
·
Inflasi Di Impor, yakni kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan harga
barang impor yang digunakan sebagai bahan mentah produksi dalam negeri.
1.3 Efek Yang Ditimbulkan Dari Inflasi
1.Efek terhadap Pendapatan (Equity
Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya
tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya
inflasi. Seseorang yang memperoleh endapatan tetap akan dirugikan oleh adanya
inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp. 500.000,00 per
tahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita kerugian penurunan
pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp. 50.000,00.
2. Efek terhadap Efisiensi
(Efficiency Effects)
Inflasi dapat pula mengubah pola
alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan
permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya
perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan
alokasi factor produksi menjadi tidak efisien.
3. Efek terhadap Output (Output
Effects)
Dalam menganalisa kedua efek diatas
(Equity dan Efficiency Effects) digunakan suatu anggapan bahwa output tetap.
Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi
pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.
4. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak
akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik
menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal
biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Antara lain
tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap seperti tanah, rumah dan
bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan investasi yang
bersifat seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan
ekonomi menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan wujud.
5. Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat
Disamping menimbulkan efek buruk ke
atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga akan menimbulkan efek-efek yang
berikut kepada individu kepada masyarakat :
a) Inflasi akan menurunkan
pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.
b) Inflasi akan mengurangi nilai
kekayaan yang berbentuk uang.
c) Memperburuk pembagian kekayaan.
1.4 Cara Mencegah Inflasi
Dengan menggunakan Irving Fisher MV
= PT, dapat dijelaskan bahwa inflasi timbul karena MV naik lebih cepat daripada
T. Oleh karena itu maka untuk mencegah terjadinya inflasi maka salah satu
variabel (M atau V) harus dikendalikan. Cara mengatur variabel M,V dan T
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kebijaksanaan moneter, fiskal atau
kebijaksanaan yang menyangkut kenaikan produksi.
1. Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter
dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar (M). Salah satu komponen jumlah
uang adalah uang giral (demand deposito). Uang giral dapat terjadi melalui dua
cara pertama apabila seseorag memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk giro
kemudian yang kedua apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak
diterima kas tetapi dalam bentuk giro. Instrumen lain yang dapat dipakai untuk
mencegah inflasi adalah politik pasart terbuka (jual/beli surat berharga).
Dengan cara menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkembangan
jumlah uang beredar sehingga laju inflasi dapat lebih rendah.
2. Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan fiskal menyangkut
pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung
dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi
harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijaksanaan
fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan
dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
3. Kebijaksanaan yang Berkaitan
dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil
laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan
kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang didalam negeri
cenderung menurunkan harga.
4. Kebijaksanaan Penentuan Harga dan
Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan
ceiling harga,serta medasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun
upah (dengan demikian gaji atau upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik maka gaji atau upah juga dinaikan.
2.1 Pengertian
Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk
dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan
belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti
ibu rumah tangga, siswa sekolah, SMP, SMA, Mahasiswa perguruan tinggi, dan lain
sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan. Definisi
pengangguran menurut para ahli :ü Ida Bagoes Mantra, pengangguran adalah
bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif
mencari pekerjaan. Konsep ini sering diartikan sebagai keadaan pengangguran
terbuka. ü Dumairy, pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai
pekerjaan lengkap. Lengkapnya orang yang tidak bekerja dan masih atau sedang
mencari pekerjaan.
2.2 Bentuk Pengangguran
Pengangguran dibagi menjadi beberapa bentuk, diantaranya :
a.
Pengangguran Terbuka.
Yaitu pengangguran baik sukarela (mereka
yang tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik) maupun
secara terpaksa (meraka yang mau bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan).
b.
Setengah menganggur.
Yaitu mereka yang bekerja lamanya (hari,
minggu, musiman) kurang dari yang mereka biasa kerjakan. Yang dikatakan setengah menganggur adalah apabila pelaku ekonomi bekerja
satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja yang
mempunyai masa kerja seperti ini digolongkan sebagai setengah menganggur karena
ada kalanya mereka bekerja dan ada kalanya mereka menganggur.
c.
Tampaknya bekerja tetapi tidak
bekerja secara penuh.
Yaitu mereka yang tidak digolongkan
sebagai pengangguran terbuka dan setengah pengangguran.
d.
Tenaga kerja yang lemah.
Yaitu mereka yang mungkin bekerja
full time, tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan.
e.
Tenaga kerja yang produktif.
Yaitu mereka yang mampu bekerja
secara produktif tetapi karena sumber daya penolong kurang memadai maka mereka
tidak bisa menghasilkan sesuatu dengan baik.
f.
Pengangguran Tersembunyi
Pengangguran tersembunyi wujud di sektor pertanian atau jasa. Yang
dikatakan pengangguran tersembunyi adalah kelebihan tenaga kerja yang tersedia
dibandingkan dengan permintaan akan tenaga kerja tersebut. Contohnya ialah
pelayan restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan dan keluarga petani
dengan anggota keluarga yang besar dan mengerjakan luas tanah yang kecil.
g. Pengangguran
Bermusim
Pengangguran ini biasanya terdapat di sektor pertanian dan perikanan. Pada
umumnya musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan
mereka dan terpaksa menganggur. Sebaliknya pada musim kemarau, petani tidak
dapat mengerjakan tanahnya. Disamping itu umumnya para petani tidak begitu
aktif diantara waktu sesudah menanam dan menuai. Pengangguran seperti ini yang
disebut dengan pengangguran bermusim.
2.3
Jenis Pengangguran
2.3.1 Berdasarkan sebabnya :
a) Pengangguran Normal atau Friksional
Pengangguran normal atau Friksional pengangguran sebanya dua atau tiga
persen dari tenaga kerja. Para penganggur ini tidak ada pekerjaan bukan karena
tidak dapat memperoleh pekerjaan, tetapi karena sedang mencari pekerjaan lain
yang lebih baik.
b) Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran adalah pengangguran yang
disebabkan yang tidak selalu berkembang dengan teguh dimana ada kalanya
pengeluaran agregat tinggi yang menyebabkan inflasi dan ada kalanya pengeluaran
agregat rendah yang menyebabkan perusahaan – perusahaan menderita kerugian
akibat barang dan jasa yang mereka hasilkan lebih banyak dibandingkan
permintaan. Kemudian biasanya untuk menutupi kemunduran ini, perusahaan
mengurangi tenaga kerja.
c) Pengangguran Struktural
Pengangguran adalah pengangguran yang disebabkan karena perubahan struktur
kegiatan ekonomi. Hal ini disebabkan karena tidak semua industri dan perusahaan
dalam perekonomian akan terus berkembang maju, sebagiannya akan mengalami
kemunduran. Kemunduran ini disebabkan karena banyak faktor, salah satunya akibat
biaya pengeluaran yang sangat tinggi dan tidak mampu bersaing. Maka dari itu
untuk menghadapi itu semua, dilakukan perubahan struktur dimana ada sebagian
tenaga kerja yang tidak dibutuhkan akibat perubahan ini.
d) Pengangguran Teknologi
Pengangguran dapat pula ditimbulkan akibat penggantian tenaga manusia oleh
mesin-mesin dan bahan kimia,
alias adanya perpindahan pengalihan menggunakan teknologi dari biasanya
menggunakan tenaga manusia. Hal ini disebabkan karena penggunaan tekonolgi
dapat menguntungkan perusahaan karena terkesan lebih produktif dan biaya yang
dikeluarkannya hanya satu kali untuk jangka waktu yang panjang. Lalu
pengangguran seperti disebut sebagai pengangguran akibat teknologi.
e) Pengangguran Musiman
Yakni pada keadaan dimana adanya fluktuasi
kegiatan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seorang harus menganggur.
2.4 Penyebab – Penyebab Pengangguran
Faktor utama yang menimbulkan pengangguran adalah kekurangan pengeluaran
agregat. Para pengusaha memproduksi barang dan jasa dengan maksud untuk
mencari keuntungan. Keuntungan tersebut hanya akan dapat diperoleh apabila para
pengusaha dapat menjual barang dan jasa yang mereka produksikan. Semakin besar
permintaan, maka akan semakin banyak barang dan jasa yang akan mereka produksikan.
Kenaikan produksi yang mereka lakukan akan menambah kenaikan tanaga kerja.
Dengan demikian terdapat hubungan yang erat antara pendapatan nasional dan
tingkat penggunaan tenaga kerja ; semakin tinggi pendapatan nasional, maka akan
semakin banyak tenaga kerja yang diperlukan dalam perekonomian.
Ini berarti apabila pendapatan nasional rendah, artinya pengeluaran agragat
menjadi rendah, maka proses memproduksi barang akan menurun, dan hasilnya para
pengusaha akan mengurangi tingkat penggunaan tenaga kerja. Dengan kata lain,
terjadi pengangguran akibat pengurangan penggunaan tenaga kerja. Jadi
kekurangan permintaan agregat ini atau kekurangan pengeluaran agregat, adalah
faktor utama yang menimbulkan pengangguran. Disamping, ada faktor – faktor lain
yang menimbulkan pengangguran, yakni ;
1. Menganggur karena ingin
mencari kerja lain yang lebih baik
2. Pengusaha menggunakan
teknologi sehingga mengurangi penggunaan tenaga kerja
3. Ketidaksesuaian
keterampilan pekerja yang sebenarnya dengan keterampilan yang diperlukan dalam
industri – industri.
2.5
Cara Mengatasi
Pengangguran
Sama halnya dengan inflasi, penggunaan ketiga bentuk kebijakan pemerintah
perlu dilakukan untuk meningkatkan keefektifannya. Bentuk masing – masing
kebijakan tersebut untuk mengatasi inflasi dan pengangguran. Berikut
kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran :
a)
Kebijakan Fiskal
Mengurangi pajak dan
menambah pengeluaran pemerintah. Sesuai dengan konsepnya, pengangguran disebabkan karena kekurangan pengeluaran
agregat. kekurangan pengeluaran agregat ini terjadi akibat pendapatan pelaku
ekonomi menjadi menurun. Penurunan pendapatan ini membuat pelaku ekonomi
menjadi mengurangi konsumsi akan barang dan jasa. Kurangnya konsumsi akan
barang dan jasa ini yang disebut dengan kurangnya pengeluaran agregat. Maka
dari itu, pemerintah membuat suatu kebijakan fiskal untuk mengurangi pajak.
Dengan cara mengurangi pajak ini berarti mengurangi beban tetap setiap pelaku
ekonomi. Kemudian, dengan berkurangnya beban ini, hasilnya pelaku ekonomi masih
memiliki anggaran untuk mengkonsumsi barang dan jasa atau bisa dikatakan bahwa
pengeluaran agregat akan stabil sperti sedia kala.
Selanjutnya kebijakan fiskal pemerintah yang kedua yakni menambah
pengeluaran pemerintah. Dengan ditambahnya pengeluaran pemerintah ini dapat
melancarkan distribusi uang dan hasilnya akan meningkatkan pendapatan pelaku
ekonomi. Bertambahnya pendapatan, maka akan bertambahnya pengeluaran agregat.
b)
Kebijakan Moneter
Kebijakan untuk menambah penawaran uang, mengurangi/ menurunkan suku bunga, dan menyediakan
kredit khusus untuk disetor atau kegitan tertentu. Kemudian langkah
pemerintah selanjutnya yaitu dengan melakukan kebijakan moneter. Kebijakan
moneter pemerintah yang pertama adalah menambah penawaran uang. Penambahan
penawaran uang ini akan menstimulus kenaikan pendapatan masyarakat karena
jumlah uang yang beredar semakin banyak. Setelah itu, kebijakan moneter
pemerintah yang kedua berupa mengurangi/ menurunkan suku bunga. Mengurangi/
menurunkan suku bunga dijadikan langkah pemerintah dikarenakan dengan penurunan
suku bunga pelaku ekonomi cenderung tidak ingin menabungkan atau menyimpan uang
yang mereka miliki. Sehingga dengan kecenderungan ini, pelaku ekonomi lebih
memilih untuk mendistribusikan uangnya yang akan melancarkan kegiatan
perekonomian, sehingga pengangguran akan teratasi.
Selanjutnya langkah ketiga dalam kebijakan moneter pemerintah, yakni
menyediakan kredit khusus untuk disetor atau kegitan tertentu. Dengan
menyediakan kredit khusus untuk disetor atau kegitan tertentu, pelaku ekonomi
yang sebelumnya memiliki penurunan pendapatan akan lebih menghemat uang yang
mereka miliki dalam kegiatan ekonomi, akibat diadakannya pemberian kredit.
c)
Kebijakan Segi
Penawaran
Kebijakan pemerintah segi penawaran akan mendorong lebih banyak investasi,
mengembangkan infrastruktur, meningkatkan efisiensi adminitrasi pemerintahan,
memberi subsidi, dan mengurangkan pajak perusahaan dan individu.
DAFTAR
REFERENSI:
Raharja, Prathama., dan Manurung, M. (2008). "Pengantar Ilmu
Ekonomi Edisi Ketiga". Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
www.dostoc.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar