Jumat, 14 November 2014

ETIKA PROFESI AKUNTANSI

NAMA                         : SHINTA AMELIA DWIPUTRI
NPM                            : 29211160
KELAS                         : 4EB18
MATA KULIAH           : ETIKA PROFESI AKUNTANSI
TAHUN AJARAN PTA 2014/2015

1.      Apa yang dimaksud dengan Whistle Blowing? Jelaskan!
Dalam Etika, definisi dari Whistle Blowing adalah “menarik perhatian dunia luar dengan melaporkan kesalahan yang dilakukan oleh sebuah organisasi”. Dapat dikatakan Whistle Blowing adalah suatu tindakan yang dilakukan seorang atau beberapa karyawan untuk membocorkan kecurangan perusahaan/ organisasi kepada pihak lain (luar).

Di bawah ini adalah macam-macam Whistle Blowing:
A.      Whistle blowing internal adalah pelaporan kesalahan di dalam perusahaan sendiri dengan melewati atasan langsung, hal ini terjadi ketika seorang atau beberapa orang karyawan mengetahui kecurangan yang dilakukan oleh karyawan lain atau kepala bagiannya kemudian melaporkan kecurangan itu kepada pimpinan perusahaan yang lebih tinggi.

Ciri-ciri Whistle blowing internal:
1.      Kecurangan dilaporkan kepada pimpinan perusahaan tertinggi
2.      Pemimpin yang diberi tahu harus bersikap netral dan bijaksana
3.      Loyalitas moral bukan tertuju pada orang, lembaga, otoritas, kedudukan,
melainkan pada nilai moral : keadilan, ketulusan, kejujuran, dan sebagainya
4.   Dengan demikian bukan karyawan saja yang harus selalu loyal dan setia pada
pemimpin melainkan sejauh mana pimpinan atau perusahaan bertindak sesuai moral.

Contohnya :
-       Seorang karyawan bawahan melaporkan suatu kesalahan langsung kepada direksi memalui manajer dan kepala direksi.
-   Kecurangan yang dilakukan karyawan lain dalam memanipulasi laporan keuangan perusahaan demi kepentingan pribadi.
Motivasi utama dari whistle blowing ini adalah demi mencegah kerugian bagi perusahaan tersebut, karena hal tersebut sangat sensitif maka untuk mengamankan posisinya, karyawan pelapor perlu melakukan beberapa langkah pencegahan, antara lain:
a.  Mencari cara yang paling cocok dalam penyampaian tanpa harus menyinggung perasaan sesama karyawan atau atasan yang ditegur.
b.  Anda perlu mencari dan mengumpulkan data sebanyak mungkin sebagai pegangan konkret untuk menguatkan posisinya, kalau perlu disertai dengan saksi-saksi kuat.


B.    Whistle blowing eksternal adalah pelaporan kesalahan perusahaan kepada instansi diluar perusahaan, entah kepada instansi pemerintah atau kepada masyarakat melalui media komunikasi, atau suatu perbuatan yang membocorkan kecurangan perusahaan kepada pihak luar seperti masyarakat karena kecurangan itu merugikan masyarakat.

Contohnya :
1) Karyawan melaporkan bahwa perusahaan tidak memenuhi konstribusi kepada jamsostek atau tida membayar pajak. Disini kita membicarakan Whistle blowing dalam arti eksternal saja, karena hanya pelaporan kesalahan itulah yang menimbulkan banyak masalah etika.
2)   Kasus Cynthia Cooper of Worldcom (Skandal Keuangan Perusahaan)
dan Coleen Rowley of the FBI, (melaporkan bahwa pihak yang terkait dalam hal ini FBI lambat dalam bereaksi atas serangan 11 Septemeber 2001)
3)  Seorang karyawan melaporkan kecurangan perusahaan atau pabrik yang membuang limbah pabrik ke sungai atau ke pemukiman masyarakat, sehingga membahayakan kesehatan masyarakat.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah langkah yang tepat sebelum membocorkan kasus itu ke luar, khususnya untuk mencegah sebisa mungkin agar nama perusahaan tidak tercemar karena laporan itu,,kecuali kalau terpaksa, adapun langkah-langkah tersebut adalah:
a.       Memastian bahwa kerugian yang ditimbulkan oleh kecurangan tersebut sangat serius dan berat serta merugikan banyak orang. Dalam hal ini etika utilitarianisme dapat dipakai sebagai dasar pertimbangan.
b.      Kalau menurut penilaian karyawan yang melapor kecurangan tersebut cukup besar dan serius serta merugikan banyak orang, sebaiknya membawa kasus tersebut kepada staf manajemen untuk mencari jalan dalam memperbaiki dan menghentikan kecurangan itu.

2.      Sebutkan alasan mengapa terjadi Whistle Blowing?
Tindakan whistle blowing dapat terjadi sebagai akibat dari penanaman nilai yang kuat atas suatu organisasi, mencakup bagaimana dan apa nilai-nilai serta budaya yang terdapat dalam perusahaan atau organisasi tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengaruh sosial dan budaya organisasi merupakan pengaruh yang kuat terhadap terjadinya whistle blowing.

Dibawah ini merupakan alasan berkembangnya perilaku whistle blowing menurut Rothschild & Miethe, 1999:
  1. Pergerakan dalam perekonomian yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pendidikan, keahlian, dan kepedulian sosial dari para pekerja
  2. Keadaan ekonomi sekarang telah memberi informasi yang intensif dan menjadi penggerak informasi.
  3. Akses informasi dan kemudahan berpublikasi menuntun Whistle Blowing sebagai fenomena yang tidak bisa dicegah atas pergeseran perekonomian saat ini.

3.      Apa yang dimaksud dengan Creative Accounting? Jelaskan!
Creative Accounting adalah semua proses dimana beberapa pihak menggunakan kemampuan pemahaman ilmu pengetahuan akuntansi (termasuk di dalamnya standar, teknik, dll) kemudian menggunakannya untuk melakukan memanipulasi pelaporan keuangan (Amat, Blake dan Dowd, 1999).

Adapun pendapat lain mengenai definisi Creative Accounting sebagai berikut:
a.       Menurut Susiawan (2003) creative accounting adalah aktifitas badan usaha untuk memanfaatkan teknik dan kebijakan akuntansi guna mendapatkan hasil yang diinginkan, seperti penyajian nilai laba atau asset yang lebih tinggi atau lebih rendah tergantung motivasi mereka melakukannya.
b.      Menurut Myddelton (2009), akuntan yang dianggap kreatif adalah akuntan yang dapat menginterpretasikan grey area standar akuntansi untuk mendapatkan manfaat atau keuntungan dari interpretasi tersebut.

Creative accounting diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu yang legal dan illegal. Maksud dari creative accounting legal adalah suatu tindakan manipulasi yang sah dan sesuai dengan perundang-undangan atau sesuai peraturan yang berlaku, sedangkan creative accounting illegal adalah suatu tindakan manipulasi yang menyalahi atau tidak sesuai peraturan atau perundang-undangan yang berlaku.

Contoh Kasus Creative Accounting Legal:
1.      Di dalam pelaksanaan produksi Perusahaan PT. ABC lebih memilih untuk menggunakan metode FIFO dalam metode arus persediaannya. Karena dari sisi FIFO akan menghasilkan profit lebih besar dibandingkan LIFO, atau Average. Hal ini dilakukan karena asumsi Inflasi Besar.  FIFO dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan yang logis dan realistis terhadap arus biaya ketika penggunaan metode identifikasi khusus tidak memungkinkan atau tidak praktis.
FIFO mengasumsikan bahwa arus biaya yang mendekati parallel dengan arus fisik yang terjual. Beban dikenakan pada biaya yang dinilai melekat pada barang Jika perusahaan dengan tingkat persediaan yang tinggi sedang mengalami kenaikan biaya persediaan yang signifikan, dan kemungkinan tidak akan mengalami penurunan persediaan di masa depen, maka LIFO memberikan keuntungan arus kas yang substansial dalam hal penundaan pajak.
Ini adalah alasan utama dari penerapan LIFO oleh kebanyakan perusahaan. Bagi banyak perusahaan dengan tingkat persediaany ang kecil atau dengan biaya persediaan yang datar atau menurun, maka LIFO hanyamemberikan keuntungan kecil dari pajak. Perusahaan seperti ini memilih untuk tidak menggunakan LIFO.
2.      Bonus Plan Hyphotesis
Perilaku dari seorang manajer sering kali dipengaruhi dengan pola bonus atas laba yang dihasilkan. Tindakan yang memacu para manajer untuk mealkaukan creative accounting, seringkali dipengaruhi oleh pembagian besaran bonus yang tergantung dengan laba yang akan dihasilkan. Pemilik perusahaan umumnya menetapkan batas bawah, sebagai batas terendah untuk mendapatkan bonus. Dengan teknik seperti ini, para manajer akan berusaha menaikkan laba menuju batas minimal ini. Jika sang pemilik juga menetapkan bats atas atas laba yang dihasilkan, maka manajer akan erusaha mengurangi laba sampai batas atas dan mentransfer data tersebut pada periode yang akan dating. Perilaku ini dilakukan karena jika laba melewati batas atas tersebut, manajer tidak akan mendapatkan bonus lagi.
3.      Debt Convenant Hyphotesis
Merupakan sebuah praktek akuntansi mengenai bagaimana manajer menyikasi perjanjian hutang. Sikap yang diambil oleh manjer atas adanya pelanggaran atas perjanjian hutang yang jatuh tempo, akan berupaya menghindarinya degan memilih kebijakan-kebijakan akuntansi yang menguntungkan dirinya.
4.      Political Cost Hyphotesis
Sebuah tindakan yang bertujuan untuk menampilkan laba perusahan lebih rendah lewat proses akuntansi. Tindakkan ini dipengaruhi oleh jika laba meningkat, maka para karyawan akan melihat kenaikan aba tersebut sebagai acuan untuk meningkatkan kesejahteraan melalui kenaikan gaji. Pemerintah pun melihat pola kenaikan ini sebagai objek pajak yang akan ditagih.

5.      Apa yang dimaksud dengan Fraud Accounting?
Secara umum fraud adalah suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam dan atau luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompoknya yang secara langsung merugikan pihak lain.  Definisi Fraud menurut Black Law Dictionary adalah kesengajaan atas salah pernyataan terhadap suatu kebenaran atau keadaan yang disembunyikan dari sebuah fakta material yang dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan perbuatan atau tindakan yang merugikan, biasanya merupakan kesalahan namun dalam beberapa kasus (khususnya dilakukan secara disengaja) memungkinkan merupakan suatu kejahatan.

Sedangkan yang dimaksud dengan fraud auditing (kecurangan audit) adalah upaya untuk mendeteksi dan mencegah kecurangan dalam transaksi-transaksi komersial. Untuk dapat melakukan audit kecurangan terhadap pembukuan dan transaksi komersial memerlukan gabungan dua keterampilan, yaitu sebagai auditor yang terlatih dan kriminal investigator atau fraud auditing adalah audit Khusus yang dimaksudkan untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya penyimpangan atau kecurangan atas transaksi keuangan

6.      Carilah kasus tentang Fraud Accounting?
A.  Penelitian Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO) menelaah hampir 350 kasus dugaan kecurangan pelaporan keuangan oleh perusahaan-perusahaan publik di Amerika Serikat yang diselidiki oleh SEC. Diantaranya adalah :
1.   Kecurangan keuangan mempengaruhi perusahaan dari semua ukuran, dengan median perusahaan memiliki aktiva dan pendapatan hanya di bawah $100 juta.
2.  Berita mengenai investigasi SEC atau Departemen Kehakiman mengakibatkan penurunan tidak normal harga saham rata-rata 7,3 persen.
3. Dua puluh enam persen dari perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam kecurangan mengganti auditor selama periode yang diteliti dibandingkan dengan hanya 12 persen dari perusahaan-perusahaan yang tidak terlibat.

B.   Terungkapnya kasus mark-up laporan keuangan PT. Kimia Farma yang overstated, yaitu adanya penggelembungan laba bersih tahunan senilai Rp 32,668 miliar (karena laporan keuangan yang seharusnya Rp 99,594 miliar ditulis Rp 132 miliar). Kasus ini melibatkan sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang menjadi auditor perusahaan tersebut ke pengadilan, meskipun KAP tersebut yang berinisiatif memberikan laporan adanya overstated (Tjager dkk., 2003). Dalam kasus ini terjadi pelanggaran terhadap prinsip pengungkapan yang akurat (accurate disclosure) dan transparansi (transparency) yang akibatnya sangat merugikan para investor, karena laba yang overstated ini telah dijadikan dasar transaksi oleh para investor untuk berbisnis.


DAFTAR REFERENSI:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar